Minggu, 10 November 2013

Filasafat Eksistnsialisme


MAKALAH
FILSAFAT EKSISTENSIALISME

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas  semester satu mata kuliah “Filsafat Umum”

 (blablabla)

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdullilah penyusun ucapkan ke hadirat allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,keluarga beserta sahabat-sahabatnya dan para pengikut beliau yang telah ikhlas memeluk agama Allah SWT dan mempertahankannya sampai akhir hayat dan kita berharap semoga diakui umatnya dan tergolong orang-orang yang mendapat syafa’at beliau min yaumina hadza ila yaumil qiyamah amin.
Alhamdulillah makalah yang berjudul ”Filsafat Eksistensialisme” dapat kami  selesaikan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan .Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1.      Mohammad Rizqon Hamami, M.Fil sebagai dosen pengampu yang telah memberikan materi serta pengarahan sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
2.      Seluruh pihak yang terkait dalam penyelesaian tugas ini.
Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah di berikan dapat menjadi amal hasanah, maslahah dan mendapatkan ridho dari allah SWT teriring do’a: Jazakumulloh khoirol jaza’ jazakumulloh ahsanal jaza’.
Sebagai penutup penyusun menyadari bahwa masih banyak kekhilafan dan kekurangan dalam makalah ini,oleh sebab itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat berguna, bermanfa’at, barokah di dunia dan di akhirat amin.
Tulungagung, 30 September 2013
Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................  i
KATA PENGANTAR ..................................................................................  ii
DAFTAR ISI .................................................................................................  iii
BAB I        PENDAHULUAN...................................................................... 1
A.      Latar Belakang Masalah ..................................................  1
B.       Rumusan Masalah.............................................................. 1
C.      Tujuan Penulisan ..............................................................  2 
BAB II       PEMBAHASAN ........................................................................  3
A. Definisi Filsafat Eksistensialisme ......................................  4
B. Inti Pemikiran Filsafat Eksistensialisme ..........................  5
C. Tokoh-tokoh Aliran Eksistensialisme ..............................  6
BAB III     PENUTUP ..................................................................................  9
A. Kesimpulan ........................................................................  9
B. Saran ..................................................................................  9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Keberadaan manusia sering dibahas oleh para filosof, tak terkecuali filosof eksistensialis. Filosof ini membahas tentang konsep kebaradaan manusia. Manusia dianggap mempunyai perbadaan cara berada dengan hewan maupun tumbuhan.
Faham eksistensialis disebarkan oleh seorang ateis, walaupun pendirinya tidak mengaku atheis. Konsep-konsep mengenai keberadaan manusia dan perlakuan atheis muncul pada realita saat ini. sampel yang muncul misalnya orang orang barat mampu mengekspresikan, mampu mengeluarkan jati dirinya walaupun tanpa bimbingan tuhan.
Dari permasalahan latar belakang diataslah yang akan membuat penyusun akan membahas konsep keberadaan atau Filsafat Eksistensialisme  serinci mungkin.

B.  Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Definisi dari Filsafat Eksistensialisme?
2.      Bagaimana inti pemikiran-pemikiran eksistensialisme?
3.      Siapa saja tokoh flsafat eksistensialisme dan bagaimana pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh tersebut?

C.  Tujuan Penulisan
tujuan dari pembuatan makalah ini secara umum yaitu untuk menambah wawasan mengenai filsafat khususnya Filsafat Eksistensialisme kepada Mahasiswa dan khalayak. Sedangkan secara khusus tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Untuk memahami definisi dari filsafat Eksistensialisme
2.      Untuk mengetahui  inti pemikiran-pemikiran eksistensialisme
3.      Siapa saja tokoh flsafat eksistensialisme dan bagaimana pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi Filsafat Eksistensialisme
Filsafat Eksisensialisme merupakan aliran filsafat yang berbeda dengan filsafat lainnya. Eksistensialaisme melebihkan fokusnya pada eksistensi dan menyampingkan esensi. Filsafat ini mulai dikenal pasca perang dunia kedua dimana pemberitaan-pemberitaan surat kabar membicarakan topik ini. Mereka menganggap filsafat ini filsafat yang aneh, sehingga muncullah ide para wartawan tersebut untuk mengkaji filsafat aneh (eksistensialisme) ini.
Istilah Eksistensi berasal dari kata Existere (eks=keluar, sistere=berada). Dengan demikian, Eksistensi memeiliki arti sebagai “sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya” atau “sesuaatu yang mampu melampaui dirinya sendiri”. Dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak ada sesuatupun yang mempunyai ciri-ciri atau karakter existere, selain manusia. Hanya manusia yang mampu bereksistensi. Hanya manusia yang mampu keluar adri dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fisiknya, berusaha terkukung  oleh segala keterbatasan yang dimilikinya. Oleh sebab itu , para eksistensialis menyebut manusia sebagai suatu proses “menjadi”, gerak aktif dan dinamis.[1] Secara Terminologis Eksistensialisme adalah sebuah gerakan filsafat penentang esensialisme. Ada yang berpendapat pula bahwa filsafat eksistensialisme adalah filafat  yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi.
Pada sumber lain dijelaskan bahwa kata eksistensialisme berasal dari kata dasein . Da  beerarti disana, sein berarti berada. Berada bagi manusia selalu berarti disana, di tempat. Tidak maungkin manusia tidak bertempat. Bertempat berarti terlibat dalam alam jasmani, bersatu dengan alam jasmani. Akan tetapi bertempat bagi manusia tidaklah sama dengan bertempat bagi pohon ataupun kayu. Manusia akan selalu sadar akan tempatnya. Dia saar bahwa ia menmpati. Ini berarti suatu kesibukan, kegiatan, melibatkan diri. Dengan demikain, manusia sadar akan dirinya sendiri. Jadi dengan keluar dari dirinya sendiri manusia sadar tentang dirinya sendiri, ia berdiri sebagai Aku  atau pribadi. [2]
Tujuan dari eksistensialisme itu sendari mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia seharusnya hidup sesudah ilusi tentang kebebasannya hancur berantakan oleh mala petaka yang begitu banyak sejarah. Selain itu filsafat eksistensialisme melawan pandangan-padangan yang menempatkan manusia pada tingkat impersonal atau abstrak. Eksistensi juga  bereaksi terhadap rasionalisme zaman pencerahan, dan filsafat jerman, Kantianisme, dan Positivisme yang masih terbentuk yang menyebar luas pada abad ini.[3]
Ada beberapa ciri yang dimiliki Filsafat eksistensialis, diantaranya:
1.      Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu dengan cara manusia berada.
2.      Bereksistensi harus diartikan dinamais. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara Aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan.
3.      Didalam filsafat eksitensialisme manusia dipandang sebagai makhluk yang terbuka. Manusia adalah realitas yang belum usai, yang masih dibentuk. Ada hakikatnya manusia terikat pada dunia sekitar, terlebih-lebih pada sesama manusia.
4.      Filsfat eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman konkret.
Dari uraian tersebut filsafat eksistensialisme berusaha membuktikan bahwasannya manusia adalah merupakan Subjek dan meletakkan selain manusia itu adalah Objek Pemikiran belaka.

B.  Inti Pemikiran Filsafat Eksistensialisme
Berbeda dengan aliran-aliran filsafat lain, eksistensialisme tidak membahas esensi  manusia secara abstrak, melainkan secara spesifik meneliti kenytaan konkret manusia sebgaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya. Eksistensialisme tidak mencari esensi atau subtansi yang ada dibalik penampakan manusia, melainkan hendak mengungkap eksistensi sebagaimana yang dialami oleh manusia itu sendiri. Esensi mengacu pada abstrak, umum, statis. Sebaliknya eksistensi justru mengacu pada sesuatu yang kongkret, individual, dan dinamis.
Ajaran Filsafat Eksistensialisme tidak terlepas dari sejarah terbentuknya fisafat ini. Sifat Metterialisme ternya merupakan salah satu permasalahnnya. Eksistensialisme sangat bertolak belakang degan filsafat ini. Dalam pandangan materialisme, baik yang kolot maupun yang modern, manusia akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batumenurut bentuknya memang manusia lebih nggul ketimbang sapi, batu ataupun pohon, akan tetapi pada eksistensinya mansuia sama saja dengan sapi, sapi, pohon, atau batu. Nah, disilah bagian ajaran materialisme itu ditentang oleh aliran eksistensalisme. Menurut pandaangan eksistensialisme masusia merupakan Subjek dalam artian yang menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut dengan objek..
Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi dari Idealisme. idealisme menganggap bahwasanya aspek yang dilebh-lebihkan adalah aspek Pikiran. Dapat dikatakan bahwasanya idealisme ini mengagungkan pikiran (akal). Bibit Idealisme telah ada sejak Plato, tetapi pembuka jalan bagi idealisme yang sungguh-sungguh adalah Deskrates. Dalam pandangan Descrates, manusia itu disamakan dengan kesadarannya. Kesadaran itu tidak berhubungan sama sekali dengan dengan alam jasmani. Di dalam kesadaran itu terdapat idea-idea.

C.  Tokoh-tokoh Eksistensialisme
  1. Soren Aabye Kiergkegaard (1813-1855)
Dalam perjalanan  Kiergeaard, dia mengagumi filsafat idealisme (hegel). Filsafat Hegel sangat mengagumkan karena mampu memberikan jawaban yang sangat mendalam dan menyeluruh tentang sejarah umat manusia dalam perspektif yang sama sekali baru pada waktu itu. Tetapi lambat laun dia sadar bahwa mencari jawaban atas persoalan-pesoalan manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah seperti apa yang digambarkan oleh Hegel.
Kiergeaard mengajukan keberatannya terhadap Hegel. hegel meremehkan eksistensi yang konkret karena Hegel mengutamakan idea yang sifatnya umum. Menurut Kiegeaard, manusia tidak pernah hidup sebagai sesuatu “Aku Umum” tetapi “Aku Individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan kedalam sesuatu yang lain. Dengan demikian, Kiergeaard memperkenalkan istilah “Eksistensi” dalam suatu arti  yang mempunyai peran besar pada abad ke-20. Hanya manusia yang mampu bereksistensi, san eksistensi saya menjadi objek pemilihan baru. Bereksistensi ialah bertindak. Tidak ada orang lain yang dapat menggantikan tempat saya untuk bereksistensi atas nama saya.[4]karena pemikirannya itulah Keargeaard disebut sebagi bapak eksistensialisme.



  1. Jean Paul sartre (1905-1980)
Pada tanggal 15 april 1980 dunia filsafat dikagetkan oleh berita meninggal tokoh besar filsafat eksistensialisme, Yaitu J.P Sartre. Dia menjadi mode dalam penyebaran aliran Eksistensialisme.
J.P Sartre lahir di paris ahun 1904. Ia pernah belajar di Ecole Normale Superior pada tahun 1924-1928 di Leycees. Dari tahun 1933-1935  dia menjadi mahasiswa peneliti pad Institut  Francais di Berlin dan Universitas Freigburg. Tatkala pcah perang tahun 1939, dia menggabungkan diri  dalam pasukan perancis, dan tahun 1940 dia ditangkap oleh Jerman. Kemuian dia dibebaska lagi di paris kembali.
Banyak karya-karyanya yang sudah terbit. Diantaranya Novel yang berjudul La Nauses, Le Mur, L’etre et Le Neant, Buku Critique de la Raison Diallectique. Dengan karya dan perjuangannya  ini dia mendapat  julukan Novelis dan demawan.
Mengenai pemikiran filsafat Eksistensialisme, bagi Sartre eksistensi manusia mendahului esensinya pandangan memang agak melenceng dari filsafat sebelum-sebelumya, sebab esensi sesuatu harus ada sebelum keberadaannya.  Contoh esensi lebih dulu dibanding eksistensi, jika seseorang ingin membuat barang pasti ada konsepnya (Pre-Eksistensi/esensi), kemudian mengaktualisasikan konsep-konsep itu pada wujud kongkret (Eksistensi).
Sartre merupakan  Eksistensilis Ateis, dia menyakan bahwa bila tuhan tidak ada, maka tinggal satu yang ada yang eksistensinya mendahului esensinya , suatu Ada yang  adanya sebelum ia dapat dikenal dengan suatu konsep tentang dirinya.[5] Manusia adalah yang pertama dari semua yang ada, menghadapi dirinya, menghadapi dunia, dan mengenal dirinya sesudah itu. Bila manusia seorang eksistensialis melihat dirinya sebagai tidak dapat dikenal, karena ia mulai dari ketiadaan. Dia tetap tidak akan ada , samai suatu ketika  ia ada seperti yang diperbuatny terhadap dirinya. Oleh karena itu, tidaklah ada kekhususan kemanusiaan karena tidak ada tuhan yang mengonsepkan tentang manusia.
Manusia merdeka, bebas. Oleh karena itu bebas menentukan. Manusia harus memutuskan. Dalam memtuskan saya tidak mempunyai bukti atau alasan bahwa putusan itu benar. Hanya sayalah yang menjamin putusan saa itu benar, tanpa bantuan orang lain, dan saya harus mempertanggung jawabkannya. Hal ini menimbulkan rasa takut. Takut itu merupakan suasana batin yang pokok. Rasa takut ini dibedakan dari gentar. Gentar ini jelas objeknya, sedngkan takut tidak menentu objeknya, tdak jelas takut kepada apa. Takut itu datangnya tiba-tiba, secara tiba-tiba pula takut itu menghilang. Seolah-olah manusia  itu takut kepada kepada yang tidak ada, seperti orang  yang takut pada gelap.. takut ini sebenarnya adalah takut kepada wujud. Wujud itulah yang mengasigkan manusia dan membuat mansia itu sendiri terpencil.
Menurut pandangan Sartre hakikat keberadaan manusia itu selalu berubah, selalu meluncur, selalu menuju yang kepada. Hakikat penyangkalan itu dapat dirumuskan dalam kalmat ini: yang ada tidak dimaui, yang dimai belum ada. Jadi manusia itu seperti orang yang mengejar bayangan.
Akan tetapi, hakikat kebereradaan manusia tidak seperti itu. Sartre lupa bahawsanya manusia juga membangun. Sartre telah mengatakan manusia itu bertanggung jawab. Ini berarti manusia harus membangun. Ia harus membangun dirinya dan dunia. Bisa dikatakan bahwa Sartre disini belum cermat dalam mengungkap hakikat keberadaan manusia.
 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Filsafat Eksistensialisme adalah filsafat yang mengedepankan wujud. Filsafat ini mendahulukan Eksistensi dibanding dengan Esensi. Inti dari ajaran filsafat eksistensialis membedakan antara konsep keberadaan manusia dan keberadaan selain manusia. Tokoh yang menganut aliran ini adalah J.P Sartre, S.A. Keargaard.
B.     Saran
Filsafat eksistensialaisme merupakan filsafat wujud, ada sisi baik dari pemiktiran ini yaitu konsep ada dan mengada. Ada dimiliki oleh selain menusia sedangkan mengada merupakan proses manusia mencari jati diri. Manusia dianjurkan untuk berfikir, alangkah baiknya jika seorang manusia mampu mengusai akalnya dengan semestinya. Ditambah lagi bagi seorang muslim berusahalah menjadi muslim yang berpegang teguh pada Islam dan sandingkan filsafat sebagai sisipan ilmu, karena filsafat akan membantu anada dalam mengadakan interaksi ataupun dakwah di lapangan. Insya Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Henry D.2009.Abad Ideologi.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
Abidin, Zaenal.2009.Filsafat Manusia Memahami Manusia Mengkaji Filsafat.Bandung: Remaja Rodsa Karya
Bagus, Loren.2005.Kamus Filsafat.Jakarta: Gramedia
Surajiwo,2012.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.Jakarta: PT. Bumi Aksara




[1] Zaenal Abidin,Filsafat Manusia Memahami Manusia Mengkaji Filsafat (Bandung: Remaja Rodsa Karya, 2009), hlm. 33.

[2] Ahmad Tafsir.Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Samapai Capra. (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya) Hlm.218
[3] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia) hlm. 186
[4] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya,2010) hlm 222.
[5] Ahmad Tafsir. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,...hlm. 226.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar