MAKALAH DINASTI SYAFAWI, TURKI USMANI DAN DINASTI MUGHAL
oleh Rizal Fatkur Rochimin Dkk
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Runtuhnya
dua dinasti yakni Umayah dan Abbasiyah membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan islam. Pemikiran-pemikiran dan kegiatan pengkajiaan ilmu
pengetahuan semakin menurun. Jumlah kaum muslim pun juga mengalami penurunan.
Faktor lain yang nampak adalah perbedaan aliran (Syi’ah dan Sunni). Kedua
firqoh ini hampir mendekati sekularisme (Membedakan antara kehidupan dunia
dan Akhirat).
Kemunduran
umat muslim sangat terpuruk saat ilmuan-ilmuan barat mulai bangkit untuk
mengkaji ilmu pengetahuan seperti Sains. Sedangkan di timur masih saja dengan
tasawufnya.Sehingga dua hal ini terlihat kontras. Terlebih saat Abbasiyah
Jatuh, banyak Negara islam maupun negera yang berpenduduk muslim yang dijajah oleh kaum barat (bangsa Eropa).
Namun
masalah diatas sedikit terabantu dengan terbentuknya tiga Dinasti Besar yakni
Turki Osmani di Turki, Dinasti Safawi di Persia/Iran, dan Dinasti Mughol di
India.Bekas peradaban-peradapan tersebut masih dirasakanMisalnya arsitekstur
masjid, contoh Tajmahal. Dari penjabaran ini, membuat penulis akan mengupas
bagaimana historiografi dari tiga dinasti besar: Turki Usmani, Dinasti Syafawi,
Dinasti Mughol.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari makalah ini adalah:
1.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan Turki Utsman?
2.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan Dinasti Syafawi?
3.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan Dinasti Mughol?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalalah untuk memahami tentang
sejarah dan perkembangan Turki Usmani, Dinasti Syafawi, dan Dinasti Mughal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Turki Utsmani
1.
Sejarah dan Usul Turki Usmani
Usmani semula adalah keluarga suku kecil Ughu yang kemudian
bergabung dengan Turki Seljuk karena tekanan tentara Mongol.[1]
Dalam catatan sejarah, sejarah bangsa Turki Usmani berasal dari keluarga Qabey
yaitu salah satu kabilah al-Ghaz al-Turki, orang turki yang suka berperang.
Semula mereka tinggal di daerah Mongol dan daerah utara negeri China samapai ke
pingggiran Laut Hitam.Mereka ini seperti suku Badwi, yang mampu tinggal di
gurun Sahara. Kemudian mereka membangun kedaulatan Adwi yang kuat dibawah
pimpinan mereka yang bernama Tumin, dikenal di China, atau bahasa Turki dikenal dengan Bumin yang meninggal
sekitar tahun 552 M.[2]
Tumin mempunyai saudara yang bernama Istami atau Syatami yang
membangung daulat baru di barat.Namun, antara Tumin dan Syatami terjadi kontak
senjata, yang mengakibatkan perpecahan suku hingga mencapai Sembilan suku.[3]Salah
satu dari suku tersebut ada yang melarikan diri ke Turkistan dan disitulah
mereka memulai kehidupan dengan mengandalkan dan mengembangkan ternak.
Pada saat orang-orang Mongol menyerang Turkistan, mereka mengembara
ke Persia, kemudian mereka melanjutkan lagi hingga mereka menginjak dataran di
Asia kecil yang dikuasai oleh bani Seljuk (Turki Seljuk). Ditengah-tengah
perjalanan, tepatnnya didaerah perbatasan Haib, pemimpin mereka yang terkenal
yang bernama Sulaiaman meninggal dunia. Kemudian timbul keraguan dari kaum
tersebut apa mereka akan melanjutkan pengembaraannya atau kembali ke asal
negeri mereka. Akhirnya kelompok mereka terpecah menjadi dua bagian, sebagian
kembali ke negeri asal mereka dan sebagian lagi meanjutkan perjalanan ke
Anatolia di bawah pimpinan putra Sulaiman, Arthogrol.[4]
Arthogrol membawa pengikut sekitar 50.000 dan mengabdikan diri
kepada Sultan Alaudddin II.Pada saat itu di wilayah tersebut sedang terjadi
peperangan melawan Bizantium. Akhirnya, atas kerja sama antara sultan dan
Arthorol pasukan Bizantium bisa dipukul mundur. Sebagai ucapan terima kasih,
sultan memberikan tempat bermukim di Syughat dan beribu kota di Syukud.Pemimpin
pertamanya adalah Arthogrol sendiri.
Pada tahun 1258 M Arthogrol dikarunia seorang putra yang bernama
Usman. Dia didik oleh Arthogrol kemudian ia menjadi tulang punggung kepercayaan
dalam berbagai perang dan Ekspansi ke Bizantium dan menjadi pengatur
administrasi pemerintahan.[5]
Pada tahun 1289 M Erthoghul
meninggal, digantikan oleh putranya Usman sebagai penerus
kepemimpinan yang sebagaimana ayahnya Usman juga
banyak berjasa kepada Sultan.Pengangkatan ini pun sudah disetujui
oleh Sultan Seljuk.Kemenangan dalam setiap pertempuran banyak diraih Usman
sehingga Sultan pun semakin bersimpati dan banyak memberi hak istimewa pada
Usman. Hingga pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang dan
mengakibatkan Sultan Alauddin II terbunuh dengan tanpa
meninggalkan putra sebagai pewaris tahta. sebab itu Usman pun memproklamirkan
kemerdekaan sebagai Padisyah Al Usman dalam
kesultanan Usmani. Dalam kepemimpinannya, kerajaan semakin luas dan kuat
sehingga dapat menduduki benteng-benteng Bizantium dan menaklukan kota Broessa
yang pada tahun 1326 M menjadi ibu kota kerajaan.
Selanjutnya, kekuasaan Usmani secara
resmi dipegang oleh khalifah-khalifah yang jumlahnya lumayan banyak dimulai
dari Usman bin Arthogrol disusul-susul
oleh khalifah besar lainnya yakni Muhammad II Fatih dan Mahmud II, sampai
khalifah yang terakhir yaitu Muhammad VI ibn Abdul Majid (1918-1922 M). Adapun
para pemimpin dari Turki Usmani yang
ikut menciptakan peradaban-peradaban baru diantaranya:
1.
|
Usman I Ibn
Arthogrol
|
1299-1326 M
|
2.
|
Arkhan ibn
Usman I
|
1326-1359 M
|
3.
|
Murod ibn Arkhan
|
1359-1389 M
|
4.
|
Bayasid Ibn
Murad
|
1389-1402 M
|
5.
|
Muhammad I
ibn Murad I
|
1403-1421 M
|
6.
|
Murad II Ibn
Muhammad I
|
1421-1451 M
|
7.
|
Muhammad II
Ibn Murod II
|
1451-1481 M
|
8.
|
Bayasid II
Ibn Murad
|
1481-1512 M
|
9.
|
Salim I ibn
Bayasit
|
1512-1481 M
|
10.
|
Sulaiman I
ibn Salim
|
1520-1566 M1
|
11.
|
Salim II ibn
Sulaiman
|
1574-1595 M
|
12.
|
Murad III ibn
Salim
|
1574-1595 M
|
13.
|
Muhammad III
ibn Salim
|
1595-1603 M
|
14.
|
Ahmad I ibnu
Muhammad III
|
1603-1617 M
|
15.
|
Muthafa I
Ibnu Muhammmad III
|
1617-1618 M
|
16.
|
Usman II Ibnu
Ahmad 1
|
1618-1622 M
|
17.
|
Mustafa I
kali kedua
|
1622-1623 M
|
18.
|
Murad IV ibn
Ahmad I
|
1623-1640 M
|
19.
|
Ibrahim Ibnu Ahmad
I
|
1640-1648 M
|
20.
|
Muhammad IV
ibn Ibrahim
|
1648-1687 M
|
21.
|
Sulaiaman II
ibn Ibrahim
|
1687-1691 M
|
22.
|
Ahmad II ibn
Ibrahim
|
1691-1695 M
|
23.
|
Musthafa II
ibn Muhammad IV
|
1695-1703 M
|
24.
|
Ahmad III ibn
Muhammad IV
|
1703-1730 M
|
25.
|
Ahmad IV ibn
Musthafa I
|
1730-1754 M
|
26.
|
Usman III ibn
Musthafa II
|
1754-1757 M
|
27.
|
Musthafa III
ibn Ahmad III
|
1757-1774 M
|
28.
|
Abdul Hamid I
ibn Ahmad III
|
1774-1789 M
|
29.
|
Salim III ibn
Musthafa III
|
1789-1807 M
|
30.
|
Musthafa IV
ibn Abd. Al-Hamid I
|
1807-1808 M
|
31.
|
Mahmud II ibn
Abd. Al-Hamid
|
1808-1939 M
|
32.
|
Abd. Al-Majid
ibn Mahmud II
|
1839-1861 M
|
33.
|
Abd. Al-Aziz
ibn Mahmud II
|
1861-1876 M
|
34.
|
Murad V ibn
al-Majid
|
1876 M
|
35.
|
Abd. Al-Hamid
II ibn Abd. Al-Majid
|
1876-1909 M
|
36.
|
Muhammad V
ibn Abd. Al-Majid
|
1909-1918 M
|
37.
|
Muhammad VI
ibn Abdul al-Majid
|
1918-1922 M
|
Selama pemerintahan Turki Usmani dibagi menjadi lima periode
sebagai berikut:
a.
Periode pertama
(1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai
kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai
pemerintahan Bayazid I.
b. Periode kedua (1402-1566), ditandai
dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang
terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I. pada periode ini islam
mengalami puncak kejayaan.
c. Periode ketiga (1566-1703), periode
ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai
lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan
Salim II sampai Mustafa II.
d. Periode keempat (1699-1838), periode
ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya
wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III
sampai Mahmud II. Pada masa ini ditandai dengan adanya perjanjian-perjanjian
dengan raja-raja yang tidak menguntungkan pihak Turki.
e. Periode kelima (1839-1922) periode
ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administrasi dari negara di bawah
pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid
II.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Usman dapat dengan mudah
mendirikan kerajaannya dan berkembang memiliki wilayah yang kuat, yaitu:
a.
Secara
geografis wilayah kekuatan Usman itu berdekatan dengan perbatasan Bizantium, sehingga sering terjadi
konfrontasi militer antara kedua kekuatan ini, yaitu kekuatan mukmin Ghazi dan
kekuatan Kristen. Konfrontasi ini telah menarik perhatian orang-orang muslim
Turki lainnya untuk ikut bergabung melawan perang jihad melawan orang-orang
Kristen Bizantium. Sehingga kekuatan yang dimiliki oleh Usman dengan cepat
menjadi besar dan kuat karena bantuan kaum muslim lainnya.
b.
Pada
saat itu sesungguhnya telah tersedia sarana dan fasilitas pendukung bagi
berdirinya sebuah kerajaan yang kokoh dan kuat, misalnya daerah kekuasaan,
militer, stabilitasan ekonomi dan politik, serta sudah tertatanya system
administrasi.
c.
Pada
saat itu Bizantium sedang mengalami instabilitas bidang politik yang membuatnya
lemah dan merugikan dirinya sendiri.
d.
Dinasti
Saljuk sendiri juga mulai lemah, tidak ada putra mahkota sehingga ini
mempercepat usaha Usman untuk mendirikan kerajaan sendiri yang kuat.[6]
2.
Kemajuan Turki Utsmani
Kemajuan Turki Usmani sangat besar sekali jika dilihat dari segi
wilayahnya sebab pada masaTurki Usmani terjadi ekspansi baik di timur maupun di barat. Arkhan berhasil menakhlukkan
kota Nicea, Nicomedia dan sekitarnya (Yunani), disusul putra penggantinya,
Murad I yang berhasil menakhlukkan andrianopel(1635), Macedonia, Bulgaria, dan
Serbia. Khalifah Bayasit I menguasai daerah Hongaria.Muhammad II yang bergelar
al-Fatih menakhlukkan Konstantinopel, Maura, Serbia, Albania, sampai ke
perbatasan Bundukia.
Sementara ekspansi diwilayah timur dilakukan oleh beberapa
khalifah, salah satunya khlifah Salim yang berhasil menkhlukkan Irak, Belgrado,
Rudes, Tunis, dan Yaman. Pada masa Turki Usmani meliputi: Asia Kecil, Armenia,
Irak, Suriah, Hijaz, dan yaman untuk
wilayah Asia; Mesir, Libya, Tunis, dan Al-jazair untuk wilayah Afrika;
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Al-bania, Hongaria dan Rumania untuk wilayah
Eropa.
Luasnya kekuasaan Turki Usmani berpengaruh pula pada
kebudayaannya.Sehingga pada ini corak kebudayannyaadalah plural.Diantara
unsure-unsur kebudayaan yang paling menonjol adalah Persia, Bizanitiyum,
Persia, dan Arab.Kebudayaan Persia lebih banyak menyumbangkan aspek-aspek etika
kehidupan istana.Bizantium tetap dengan cirri khasnya tentang organisasi
pemerintahan dan kemiliteran.Ajaran-ajaran tentang ekonomi, sosial,
kemasyarakatan, keilmuan, dan kebahasaan menjadi kekhasan dari bangsa Arab.
Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota lainnya dibangun
masjid-masjid, sekolah, rumah sakit, gedung-gedung, makam, jembatan Saluran
air, Villa, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu
dibangun di bawah kordinator Sinan, seorang arsitek dari Anatolia.[7]
Kekhalifahan Turki Usmani bersifat sosial keagamaan, sehingga
segala aspek sangat terikat dengan Syaria’at dan fatwa-fatwa ulama menjadi
hokum yang berlaku.Peran Ulama disini sangat penting.Misalnya Mufti sebagi
pejabat urusan tertinggi, berwenang member fatwa resmi terhadap problema
keadaan yang dihadapi oleh masyarakat.Tanpa legitimasi Mufti, Hukum
kekhalifahan tidak bisa berjalan.
Dari sisikeilmuan sebenarnya masih mengalami kemajuan pada masa
dinasti Abbasiyah.Kehidupan bermadzhab lebih menonjol sebagai salah satu tanda
bahwa merasa puas dengan ilmu yang dibangun pada masa dinasti bani Abbas. Pada
masa ini pula dinasti ini mulai timbul
kefanatikan. Misalnya Abd. Alhamid menjunjung madzhab As’ariyah. Untuk
mempertahankan madzhab itu, dia memerintahkan Syeikh Husain untuk menulis al-Hasbun
al-Hamidiyah (Benteng Pertahanan Abd. Al-Hamid). Disamping itu terjadi penulisan karya-karya
berbasis agama islam namun penulisan
tersebut hanya bersifat pengulangan saja terhaadap karya klasik sebelumnya.
3.
Kemunduran Turki Utsmani
Pasca perang dunia I berakhir, pasukan sekutu
seolah melakukan pemabagian wilayah-wilayah kekuasaan Turki Usmani. Selanjutnya
pihak sekutu melakukan Konferensi untuk menentukan akhir kerajaan Usmani.
Konflik kemudian menghasilkan perjanjian Sevres pada tahun 1920 M, dimana
sultan yang kekuasaannya ada dibawah kontrol di ibu kota sendiri, dipaksa
menandatangani perjanjian itu. Jelas perjajian itu sangat merugikan kerajaan
Usmani karena harus mengakui hilangnya kekuasaannya diberbagai wilayah kecuali
Anatolia, itu pun sudah tidak utuh lagi.[8]
Perjanjian ini membuat reaksi protes dari
pihak rakyat Usmani. Mereka menentang perjanjian Sevres yang merugikan itu.
Untuk memadamkan protes-protes tersebut Sultan menugaskan Mustafa Kemal. Namun,
Mustafa kemal malah berkhianat dan bergabung dengan kaum pemberontak. Dia malah
ikut mendikte dan mencokol kerajaan ini.
Walaupun Mustapa Kemal berkhianat terhadap
Sultan, dia dan pasukannya berhasil mengembalikan Izmir dan Trace, wilayah yang
diduduki Yunani, dikembalikan kepada Turki Usmani. Berkat usahanya ini. Mustafa
mulai tersohor dan posisinya semakin kuat. Popularitas dan posisi ini
dimanfaatkan untuk menjatuhkan Sultan Muhammad IV . setelah turun tahta
jabatannya digantikan oleh Abdul Majid II. Namun, jabatan ini hanya sebatas
pada khalifah agama dan tidak memiki otoritas politik atau pemerintahan.
Selanjutnya Majlis Kebangsaan Turki menetapkan
Turki sebagai negara republik dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai
presiden. Majlis juga menetapkan bahwa
peran Kalifah hanya sebatas Agama saja. Namun, pada tahun 1924 sistem ini
dihapus dan Sultan diusir dari Turki. Pada saat itulah mulai sejarah baru Turki
menjadi Turki Sekuler dan tokohnya adalah Mustafa Kemal. Era ini menandai Akhir
kekhalifahan Usmani.
B. Dinasti Syafawi
1.
Sejarah dan Asal-Usul Dinasti Safawi
Safawi adalah salah satu kerajaan islam besar
yang berlokasi di Persia (Iran). Nama ini diambil dari nama pemimpin tarekat
Safiudin yang kemudian mempelopori berdirinya dinasti ini. Kekhalifahan ini
menganut ajaran sekte Syi’ah Itsna-Asy’ariyah (Syiah Dua Belas) yang menjadi
Doktrin Islam bagi pemerintahan Iran hingga sekarang.
Kembali pada sejarah dinasti Syafawi berasal
dari kelompok Tarekat yang dipimpin oleh Saifuddin (1252-1332M), di Arbadil, kota Azerbaijan.
Tujuan dari tarekat ini adalah memerangi orang-orang yang ingkar dan ahli
Bid’ah. Oleh karena itu tidak heran jika kelompok iini bersikap fanatik
dan menentang kelompok-kelompok selain
Syiah. Tarekat ini semakin penting karena mngubah dari konsep tasawuf murni
lokal kemudian menjadi gerakan keagaan yang sengat besar pengaruhnya di Syiria,
Persia, dan Anatolia.
Pada kepemimpinan Imam Junaid (1447-1460 M)
gerakan ini lebih tampak visi politiknya, diman selain sebagai gerakan
agama ditegaskan pula sebagai gerakan
politik. Sepeninggal Imam Junaid, tarekat dipimpin oleh anknya yang bernama
Haidar. Haidar mengawini Putri Uzun Hasan yang melahirkan Ismail. Anak inilah
yang kelak berhasil mendirikan kekhalifahan safawi.[9]
Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di
Sharur, dekat Nackchivan. Pasukan ini terus memasuki dan menakhlukkan Tabriz,
ibu kota AK Koyunlu, dan berhasil merebut dan mendudukinya. Disinilah Gerakan
Syafawiyah semakin kental sebagai sebuah kekuatan politik baru. Akhirnya pada
tahun 1501 M inilah ismail memproklamirkan
dirinya sebagai raja pertama dinasty Safawiyah dan mendirikan kerajaan
Syafawiyah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
pergeseran fungsi tarekat Syafawiyah. Secara
garis besar ada dua faktor penyabab utama, diantaranya:
a. Faktor Internal. Kaum Syiah terdapat dua aliran yakni aliran Akhbari(Tradisional)
dan Ushuli (Rasional).
Peran Ushuli disini sangat mendominasi sehingga pemikiran syiah yang murni
lambat laun memudar dan tercampur dengan pemikiran yang sangat rasional.
b. Faktor eksternal. Faktor ini meliputi aspek kondisi politik (perebutan
dinasti Kara Koyunlu dan AK Koyunlu, yang keduanya berasal dari Turki), Aspek
Model Pergantian Pemimpin (masih bercorak Dinasti/Monarki), dan fanatisme
Pengikut Tarekat (menentang madzhab selain Syiah).
Para pemimpin Dinasty Syafawi ini berjumlah
sebelas orang. Dimulai dari Ismail bin Haidar, Tahmasp I, Ismail II, Muhammad
Khudabanda, Abbas I, Safi Mirza, Abbas II, Sulaiman, Husain, Tahmasp II, dan
Abbas III. Pemerintahan ini tergolong singkat dibanding dengan Turki Usmani
yakni dari tahun 1501 M-1736M).
2. Kemajuan Dinasti Safawi
Kemajuan dinasti dapat dilihat dari berbagai
sisi. Misalnya dari sisi Ekspansi wilayah. Ismail berhasil mengawali perluasan
wilayah kekuasaanya yang meliputi wilayah Persia dan wilayah subur “Bulan
Sabit”. Awal mulanya ia merampas sisa-sisa kekuatan Ak-Koyunlu, kemudian
menakhlukkan propinsi Caspia, gurgan dan Zayd, Diyar Bakr, Baghdad, dan wilyah
barat daya, diteruskan penakhlukkan ke Khurasan pada tahun 1508 M. Beberapa
usaha penakhlukkan berikutnya, dan termasuk usaha para penggantinya: Tahmasp I,
Ismail II, dan Muhammad Khudabanda, sehingga usaha perluasan wilayah di masa ini mengalami hambatan.[10]
Akan tetapi masa kegemilangan bangkit kembali pada masa Sultan kelima (Sultan
Abbas I 1588-1628 M) berhasil merebut kembali Tibriz, Sirwan. Baghdad, pada
tahun 1622 dengan jalan perundingan.
Kemajuan yang dicapai olegh sultan semasa
berlangsungnya pemerintahan adalah majunya sektor perdagangan.sejak dikuasainya
kepulauan hurmus dan dibukanya Bandar Abbas, maka Safawiyah menjadi pemegang
kunci perdagangan internasional saat itu. Ternyata bandar Abbas merupakan jalur perdagangan laut
potensial dan strategi posisisnya mempertemukan antara timur dan barat yang
telah diperebutkan oleh Belanda. Iggris, dan perancis. Sementara itu, utara laut Kaspia, Shafawiyah
juga menjalin hubungan Rusia. Demikian juga jalur daratnya, arus perdagangannya tetap
melewati kota-kota penting yang dikuasai Syafawiyah, seperti Marw, dan Baghdad.
Maka dapat dikatakan bahwa kerajaan Syafawiyah berada diposisi strategis kedua macam
jalur strategis tersebut.[11]
Pada Syah Abbas pusat pemerintahan dipindah
dari Qazwin ke Isfahan. Sebagai kota, syah Abbas mempercantik kota dengan
memberikan beberapa bangunan yang mendukung seperti Masjid, Rumah Sakit,
sekolah, jembatan raksasa diatas Zende Rud dan Istana Chili Shutun. Kota ini
juga dilengkapi dengan taman-taman wisata kota. Jumlah bangunan yang didirikan
di Isfahan itu mencapai 162 Masjid, 48
akademi, 1802 penginapan, 273 pemandian umum. Adapun diantara karya seni
Arsitektur megah yang monumental adalah Masjid Skah Luthf dibangun pada 1611 M.[12]
Perkembangan kain dari Dinasti ini adalah
kemajuan Ilmu pengetahuan khususnya Filsafat. Filsuf dan ilmuan yang terkenal
pada masa ini adalah Baha’uddin Al-Syairazi, seorang yang ahli dalam bidang
ilmu; Sadr al-Din al-Syairazi. Dia juga seorang filosof yang menulis Al-Hikamh
al-Muta’liyah; Muhammad Baqir bin Muhammad damad, ahli berbagai ilmu
pengetahuan, termasuk peneliti mengenai kehidupan-lebah-lebah.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan
mengenai faktor-faktor yang mendukung majunya Dinasti Syafawi. Hal-hal diatas
tidak lepas dari seorang figur yang cakap dalam memimpin, posisi yang stra
tegis, kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu
itu dan majunya Dunia Intelektual
3. Kemunduran Dinasti Safawi
Masa kegemilangan dari Dinasti ini terletak
pada masa Syah abbas I. Setelah wafatnya Syafawi mulai mengalami kemunduran
secara drastis hingga mengantarkan pada penghabisan. Menurut Prof. Dr. Imam
Fu’adi terdapat lima faktor penyebab mundurnya dinasti ini:
a. Adanya figur pemimpin yang kurang cakap
Seperti yang dijelaskan bahwa pada ini mengalami
kejayaan hanya pada masa Syah Abbas. Setelah ditinggalkan, sehingga pada saat
terjsdi kegoncangan melanda Syafawi tetapu para pemipin tidak mampu mengatasi
dan menghalau dan menyelesaikannya.
b. Konflik politik yang panjang
Konflik disini mengenai konflik madzhab Syi’ah
yang dijadikan sebagai paham resmi negara. Maka timbul kecemburuan sosial diantara kedua madzhap ini.
c. Melemahnya kekuatan Militer
Semakin hari kekuatan Syafawiyah mulai
melemah. Pada zaman Syah Abbas I membentuk pasukan Ghulam. Lambat laun pasukan
ghulam makin melemah karena kurang adanya sikap kurang semangat (give up).
d. Krisis moral penguasa
Berbica mengenai moral penguasa, moral
penguasa dinasti ini dipengaruhi oleh Harem atau wanita piaraan. kehidupan
hellenisme menjadi pusat bobrokya moral dinasti ini.
e. Konflik Keagamaan
Inti dari faktor bagian ini adalah munculnya
sikap fanatisme terhadap madzhab.
C. Dinasti Mughol
1.
Sejarah dan Asal-Usul Dinasti Safawi
Kerajaan Mughal adalah salaah satu kerajaan muslim yang tumbuh dan
maju di lingkungan agama hindu. Kerajaan ini berpusat pada ibukota pemerintahan
di Delhi. Walaupun usia pemerintahan Dinasti ini tidak selama dengan Turki
Usmani, setidaknya dinasti ini bisa menguasai wilayah yang didominasi oleh
agama Non-muslim.
Mughal merupakan kekuasaan Islam yang terakhir di India (1526-1858
M). didiriakn babur, seorang keturunan Timur Lenk. Sepeninggal ayahnya, Umar Mirza,
ia menggantikannya sebagai penguasa di Farghana. Ia berhasil menakhlukkan
Samarkand, kota terpenting di asia Tengah, pada 1494 M, kemudian Kabul tahun
1501 M. Ekspansi terus dilakukan hingga berhasil memasuki wilayah India saat
itu dibawah dinasti Lodhi yang sedang mengalami masa krisis. Disana Punjab
ditakhlukkan pada 1525 M, selanjutnya ia memasuki kota Delhi, dan kemudian
mendirikan kerajaan di kota itu pula pada 1526 M. Kekuatan Hindu sebenarnya
menolak kehadiran kekuatan Mughal, tetapi dapat dipatahkan oleh Barbur.[13]
Jumlah Sultan dinasti Mughal adalah 29 orang, mulai sultan Barbur
sampai dengan Sirajudin bahadur Syah II. Namun hanya beberapa yang terkenal,
diantaranya: Sultan barbur (1526-1530 M), Humayun (1530-1556 M), Akbar
(1556-1605 M), Jehangir (1605-1628 M), Syah Jihan (1628-1658 M), dan Auranzep
(1658-1707 M).
Secara umum dari pendapat sejarawan dapat dikatakan bahwa dapat
dikatakan bahwa Babur adalah dinasti Mughal. Babur adalah seorang Turki
Chagatai yang masih memiliki hubungan darah atau keturunan Timur Lenk dan garis
ayahnya yang dipisah lima generasi, sedangkan dari garis ibunya, ia mesih
keturunan Jengis Khan dari Mongol.[14]
Tahun 1530 merupakan tahun berduka pasalnya tahun tersebut
merupakan tahun meninggalnya Sultan Barbur. Tampu kekuasaan sementara kosong,
yang kemudia digantikan oleh putranya yang bernama Humayyu (1530-1540 dan 1555
- 1556 M). Humayyun berhasil menguasai wilyah-wilayah yang melepaskan Diri dari
kekuasaan Mughal, Seperti Kashmir, Multan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur dan
lain-lain.
Khalifah lain yang mampu mengukir sejarah baru adalah Sultan Akhbar
Khan. Akhbar Khan mendapat gelar Abdul Fath Jalaludin. Akbar berkuasa
menggantikan posisi ayahnya dalam usia muda, yaitu 15 tahun. Berkuasa selama 50
tahun. Dialah yang sukses membesarkan dinasti Mughal ini mencapai puncak
kejayaan. Kekuasaan Mughal di India Utara dan tengah Menjadi kuat. Namun
demikian, meskipun pintu gerbang yang biasa dilewati oleh penyerbu untuk
memasuki India dapat di Akbar, tetapi
tampaknya dinasti Mughal belum kuat untuk mampu menerapkan otoritas
penuh atas wilayah Dekkan.[15]
Setelah Sultan Akbar meninggal dunia, tiga khalifah selanjutnya
(Jehangir, Syah Jihan, dan Aurenzab) merupakan masa-masa memepertahankan
dinasti Mughal. Ketiga sultan ini didikung oleh militer yang sangat kuat. Maka,
pemberontakan dapat dikalahkan, sehingga hal ini berdampak pada kehidupan
masyarakat yang menjadi damai dan sejahtera. Syah Jihan pernah mengusir seorang
pedagang Portugis yang menyalahgunakan kepercayaannya, ia menarik pajak kepada
rakyat dan menyebarkan agama Kristen kepada anak-anak. Aurenzab membuat
kebijakan berup penghapusan sejumlah pajak, menurunkan harga makanan dan
berjuang keras memberantas korupsi.[16]
Setelah ketiga khalifah ini, tidak dijumpai khalifah yang mengukir sejarah yang
gemilang.
2.
Kemajuan Dinasti Mughol
a.
Bidang
Administrasi
Untuk mengatur ketertiban wilayahm pemerintah Mughal membagi
menjadi 20 propinsi. Masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang gubernur yang
bertanggung jawab pada Sultan. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa
Persia. Penguasa tertinggi bergelar kemaharajaan Delhi dan diurusi oleh yang
namanya Wazir. Pemerintah juga membentuk dewan dewan; a Diwan a Khalisa (dewan
pengurus wilayah) a Diwan-I tan (bertugas mengangkat dan menempatkan
para aparat pemerintah daerah), the Mir Bahhsi (pengurus militer dan
merekrut calon pejabat).
b.
Bidang
Ekonomi dan Dunia Intelektual
Masyarakat dinasti ini sangat bergantung pada sektor pertanian dan
industri. sistem pertaniannya yaitu petani bertanggung jawab pada hasil
panennya kemudian dijadikan penyuplai bahan baku bagi pabrik-pabrik pengolahan.
Kerajinan tenun menjadi pabrik tekstil
dizaman Aurnzeb. Khalifah ini berhasil mengekspor tenun, rempah-rempah, opium,
gula, bubuk sodium, woll, parfum, dll ke Eropa.
Dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik,
halini dibuktikan adanya pembelajaran mengenai ilmu-ilmu “non agama” seperti
logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik, dan matematika.
Kebijakan ini didukung pula didukung oleh fasilitas-fasilitas seperti
dibangungnya sekolah-sekolah tinggi di Lueknow.
c.
Bidang
Keagamaan
Dalam bidang keagamaan muncul Mujadid yang bernama Syekh Ahmad
Sirhindi, ia mempraktekkan tarekat Naqsabandiyah. Dalam dinasti ini muncul
sintensis agama. Akhbar Khan mencoba menciptakan agama sintesa dengan
meminjimkan unsure-unsur agama besar didunia seperti Islam, Hindu, dan Kristen.
Atas kebijakan/pemikiran ini khalifah
Akhbar dicap sebagai murtad.
d.
Bidang
Karya Seni dan Arsitektur
Dalam kedua bidang ini muncul tokoh yang bernama istana yang
terkenal yaitu, Malik Muhammd Jayazi (karya Padmavad), Abu Fadl (Akhbar
Namah dan aini Akhbari). Dibidang arsiteksur dan bangunan yang masih
terasa hingga saat ini adalah Taj Mahal, Fatfur Sikri, Villa dan Masjid Agung
Delhi.
3.
Kemunduran Dinasti Mughal
Dari masa panjang sekitar tiga setebngah abad mughal berkuasa,
tetapi masa perkembangan dan kejayaan hanya dapat dipertahankan sekitar satu
abad, yaitu samapai masa Aurenzab (1658-1707). Setelah masa Aurenzeb, Mughal
mengalami Mughal mengalami kemunduran secara berangsur-angsur dalam waktu
sekitar kurang sedikit dari dua setengah abad. Dimasa bahadur Mughal mengalami
kejatuhan yaitu ketika Sultan terakhir, bahadur Syah diusir dari Istana.
Banayak faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti ini,
diantaranya:
a.
Perebutan
kekuasaan antar keluarga. Hampir semua
keturunan Babur umumnya memiliki watak yang keras dan ambisius.
b.
Pemberontakan
umat Hindu yang menjadi Mayoritas. Umat Hindu tidak bisa menerima masuknya
islam yang didominasi oleh politik disbanding dengan Dakwah.
c.
Kelemahan
ekonomi. Kemunduran politik Mughal menguntungkan dari pihak barat. Hal ini
disebabkan oleh faktor orang barat yang berambisi untuk menguasai jalur
perdagangan di pantai selatan. Salah
satu Negara yang ingin menguasai adalah Inggris. Negara ini memonopoli
perdagangan sehingga menimbulkan bentrok dari pihak Masyarakat Mughal.
Menyadari hal yang semakin menurun, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan
menyerahkan Oudh, Bengal, dan Orisa kepada Inggris.
d.
Serangan
dari kerajaan luar (Dinasti Syafawi) di Persia dan kemudian serangan dari Afghanistan.
Penyebab utama peperangan Syafawi dan Mughal adalah perebutan daerah Kandahar.
Namun, wilayah tersebut berhasil dikuasai oleh M. Nadir Syah pada 1622 M.
Sedangkan Lahore dapat ditakhlukan oleh Ahmad Syah dari Afghan (1748 M)
Bahadur merupakan khalifah terakhir yang membawa Mughal kepad
kehancuran. Mughal Harus berkhir di tangan kaum Inggris yang menduduki India.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Turki
Usmani adalah kehalifahan yang dipimpin oleh Artorogrol. Dinasti ini merupakan
dizasti Sunni yang terpanjang dan terakhir.
Turki Usmani dipimpin oleh 37 khalifah. Kemajuan yang dicapai adalah
luasnya wilayah di asia, Afrika, dan Bizantium. Turki mengalami kemunduran
karena faktor utama yakni penghianatan Mustafa Kemal.
Dinasti
Syafawi merupakan Dinasti yang dibentuk oleh pemimpin Tarekat yang berubah
menjadi fungsi politik . kekhalifahan ini menganut paham dari Sekte Syi’ah Dua
Belas. Kemajuan yang menonjol adalah dikuasainya jalur perdagangan oleh dinasti
ini. Kemundurannya adalah penerapan pola hidup hedonism.
Dinasti
Mughal adalah dinasti yang berada di Delhi. Dinasti ini berbasis Islam.
Kemajuan dari dinasti meliputi bebarbagai aspek, baik pendidikan, ekonomi,
adsministrasi dll. Sedangkan kemmunduran dinasti ini mengalami puncak ketika
Inggris turut campur dalm pemerintahan. Dengan kata lain kekuasaan Dinasti
Mughol tidaklah penuh.
B.
Saran
Tiga Dinasti
besar ini membawa penngaruh dalam dunia islam walaupun tidak sebesar Abbasiyah.
Setidaknya kita bisa berkaca bagaimana menghargai usaha suatu kelompok ataupun
pemerintahan.
DAFTAR ISI
Ahmad.Dirasat al-Ma’arif al-Islamiyat, Juz V.Kairo:
al-Sya’ab, tt
Boswort.1993.The Islamic Dynasties, terj. Ilyan
Hasan.Bandung:Mizan
Fu’adi, Imam.2012:Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,
Yogyakarta: Teras.
Nurhakim, Moh.2012.Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah
Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam. Malang: UMMPress
[1]Moh.Nurhakim,Jatuhnya
Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah
Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm. 146
[2]Imam Fu’adi,
Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012)
hlm,165 lihat pula Ahmad,Dirasat al-Ma’arif al-Islamiyat, Juz V (Kairo:
al-Sya’ab, tt), hlm. 34
[3]Pecahan dari
suku tumin dan Syatami ada yang mengatakan Oghus dan yang mengatakan Ughu.
[4]Imam Fu’adi,
Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012)
hlm,166 lihat pula pada Ahmad Syalaby, Mausu’at al-Tharikh, hlm. 644
[5]Ekspansi wilyah
direncanakan ke Bizantium sebab daerah tempat tinggal Usman berbatasan dengan
Bizantium.
[6]Imam Fu’adi,
Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm,
171
[7]Moh.Nurhakim,Jatuhnya
Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah
Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm.150
[9]Moh.Nurhakim,Jatuhnya
Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah
Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm.156
[10]Moh.Nurhakim,Jatuhnya
Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah
Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm.157
[13] Moh.Nurhakim,Jatuhnya
Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah
Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm.162
[14] Imam Fu’adi,
Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm,
247
[15] Imam Fu’adi,
Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm,
249 lihat pula pada Boswort,The
Islamic Dynasties, terj. Ilyan Hasan (Bandung:Mizan,1993), hlm. 236
[16] Moh.
Nurhakim,… ,hlm. 163