Senin, 18 November 2013

sejarah peradaban islam


MAKALAH DINASTI SYAFAWI, TURKI USMANI DAN DINASTI MUGHAL 
oleh Rizal Fatkur Rochimin Dkk
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Runtuhnya dua dinasti yakni Umayah dan Abbasiyah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan islam. Pemikiran-pemikiran dan kegiatan pengkajiaan ilmu pengetahuan semakin menurun. Jumlah kaum muslim pun juga mengalami penurunan. Faktor lain yang nampak adalah perbedaan aliran (Syi’ah dan Sunni). Kedua firqoh ini hampir mendekati sekularisme (Membedakan antara kehidupan dunia dan  Akhirat).
Kemunduran umat muslim sangat terpuruk saat ilmuan-ilmuan barat mulai bangkit untuk mengkaji ilmu pengetahuan seperti Sains. Sedangkan di timur masih saja dengan tasawufnya.Sehingga dua hal ini terlihat kontras. Terlebih saat Abbasiyah Jatuh, banyak Negara islam maupun negera yang berpenduduk muslim yang  dijajah oleh kaum barat (bangsa Eropa).
Namun masalah diatas sedikit terabantu dengan terbentuknya tiga Dinasti Besar yakni Turki Osmani di Turki, Dinasti Safawi di Persia/Iran, dan Dinasti Mughol di India.Bekas peradaban-peradapan tersebut masih dirasakanMisalnya arsitekstur masjid, contoh Tajmahal. Dari penjabaran ini, membuat penulis akan mengupas bagaimana historiografi dari tiga dinasti besar: Turki Usmani, Dinasti Syafawi, Dinasti Mughol.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.      Bagaimana sejarah dan perkembangan Turki Utsman?
2.      Bagaimana sejarah dan perkembangan Dinasti Syafawi?
3.      Bagaimana sejarah dan perkembangan Dinasti Mughol?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan  dari penulisan  makalah ini adalalah untuk memahami tentang sejarah dan perkembangan Turki Usmani, Dinasti Syafawi, dan Dinasti Mughal.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Turki Utsmani
1.      Sejarah dan Usul Turki Usmani
Usmani semula adalah keluarga suku kecil Ughu yang kemudian bergabung dengan Turki Seljuk karena tekanan tentara Mongol.[1] Dalam catatan sejarah, sejarah bangsa Turki Usmani berasal dari keluarga Qabey yaitu salah satu kabilah al-Ghaz al-Turki, orang turki yang suka berperang. Semula mereka tinggal di daerah Mongol dan daerah utara negeri China samapai ke pingggiran Laut Hitam.Mereka ini seperti suku Badwi, yang mampu tinggal di gurun Sahara. Kemudian mereka membangun kedaulatan Adwi yang kuat dibawah pimpinan mereka yang bernama Tumin, dikenal di China, atau bahasa  Turki dikenal dengan Bumin yang meninggal sekitar tahun 552 M.[2]
Tumin mempunyai saudara yang bernama Istami atau Syatami yang membangung daulat baru di barat.Namun, antara Tumin dan Syatami terjadi kontak senjata, yang mengakibatkan perpecahan suku hingga mencapai Sembilan suku.[3]Salah satu dari suku tersebut ada yang melarikan diri ke Turkistan dan disitulah mereka memulai kehidupan dengan mengandalkan dan mengembangkan ternak.
Pada saat orang-orang Mongol menyerang Turkistan, mereka mengembara ke Persia, kemudian mereka melanjutkan lagi hingga mereka menginjak dataran di Asia kecil yang dikuasai oleh bani Seljuk (Turki Seljuk). Ditengah-tengah perjalanan, tepatnnya didaerah perbatasan Haib, pemimpin mereka yang terkenal yang bernama Sulaiaman meninggal dunia. Kemudian timbul keraguan dari kaum tersebut apa mereka akan melanjutkan pengembaraannya atau kembali ke asal negeri mereka. Akhirnya kelompok mereka terpecah menjadi dua bagian, sebagian kembali ke negeri asal mereka dan sebagian lagi meanjutkan perjalanan ke Anatolia di bawah pimpinan putra Sulaiman, Arthogrol.[4]
Arthogrol membawa pengikut sekitar 50.000 dan mengabdikan diri kepada Sultan Alaudddin II.Pada saat itu di wilayah tersebut sedang terjadi peperangan melawan Bizantium. Akhirnya, atas kerja sama antara sultan dan Arthorol pasukan Bizantium bisa dipukul mundur. Sebagai ucapan terima kasih, sultan memberikan tempat bermukim di Syughat dan beribu kota di Syukud.Pemimpin pertamanya adalah Arthogrol sendiri.
Pada tahun 1258 M Arthogrol dikarunia seorang putra yang bernama Usman. Dia didik oleh Arthogrol kemudian ia menjadi tulang punggung kepercayaan dalam berbagai perang dan Ekspansi ke Bizantium dan menjadi pengatur administrasi pemerintahan.[5]
Pada tahun 1289 M Erthoghul meninggal, digantikan oleh putranya Usman sebagai penerus kepemimpinan yang  sebagaimana ayahnya Usman juga banyak berjasa kepada Sultan.Pengangkatan ini pun sudah disetujui oleh Sultan Seljuk.Kemenangan dalam setiap pertempuran banyak diraih Usman sehingga Sultan pun semakin bersimpati dan banyak memberi hak istimewa pada Usman. Hingga pada tahun 1300 M, bangsa Mongol  menyerang dan mengakibatkan  Sultan Alauddin II terbunuh dengan  tanpa meninggalkan putra sebagai pewaris tahta. sebab itu Usman pun memproklamirkan  kemerdekaan sebagai  Padisyah  Al  Usman dalam kesultanan Usmani. Dalam kepemimpinannya, kerajaan semakin luas dan kuat sehingga dapat menduduki benteng-benteng Bizantium dan menaklukan kota Broessa yang pada tahun 1326 M menjadi ibu kota kerajaan.
Selanjutnya, kekuasaan Usmani secara resmi dipegang oleh khalifah-khalifah yang jumlahnya lumayan banyak dimulai dari Usman bin Arthogrol  disusul-susul oleh khalifah besar lainnya yakni Muhammad II Fatih dan Mahmud II, sampai khalifah yang terakhir yaitu Muhammad VI ibn Abdul Majid (1918-1922 M). Adapun para pemimpin  dari Turki Usmani yang ikut menciptakan peradaban-peradaban baru diantaranya:

1.       
Usman I Ibn Arthogrol
1299-1326 M
2.       
Arkhan ibn Usman I
1326-1359 M
3.       
Murod ibn Arkhan
1359-1389 M
4.       
Bayasid Ibn Murad
1389-1402 M
5.       
Muhammad I ibn Murad I
1403-1421 M
6.       
Murad II Ibn Muhammad I
1421-1451 M
7.       
Muhammad II Ibn Murod II
1451-1481 M
8.       
Bayasid II Ibn Murad
1481-1512 M
9.       
Salim I ibn Bayasit
1512-1481 M
10.   
Sulaiman I ibn Salim
1520-1566 M1
11.   
Salim II ibn Sulaiman
1574-1595 M
12.   
Murad III ibn Salim
1574-1595 M
13.   
Muhammad III ibn Salim
1595-1603 M
14.   
Ahmad I ibnu Muhammad III
1603-1617 M
15.   
Muthafa I Ibnu Muhammmad III
1617-1618 M
16.   
Usman II Ibnu Ahmad 1
1618-1622 M
17.   
Mustafa I kali kedua
1622-1623 M
18.   
Murad IV ibn Ahmad I
1623-1640 M
19.   
Ibrahim Ibnu Ahmad I
1640-1648 M
20.   
Muhammad IV ibn Ibrahim
1648-1687 M
21.   
Sulaiaman II ibn Ibrahim
1687-1691 M
22.   
Ahmad II ibn Ibrahim
1691-1695 M
23.   
Musthafa II ibn Muhammad IV
1695-1703 M
24.   
Ahmad III ibn Muhammad IV
1703-1730 M
25.   
Ahmad IV ibn Musthafa I
1730-1754 M
26.   
Usman III ibn Musthafa II
1754-1757 M
27.   
Musthafa III ibn Ahmad III
1757-1774 M
28.   
Abdul Hamid I ibn Ahmad III
1774-1789 M
29.   
Salim III ibn Musthafa III
1789-1807 M
30.   
Musthafa IV ibn Abd. Al-Hamid I
1807-1808 M
31.   
Mahmud II ibn Abd. Al-Hamid
1808-1939 M
32.   
Abd. Al-Majid ibn Mahmud II
1839-1861 M
33.   
Abd. Al-Aziz ibn Mahmud II
1861-1876 M
34.   
Murad V ibn al-Majid
1876 M
35.   
Abd. Al-Hamid II ibn Abd. Al-Majid
1876-1909 M
36.   
Muhammad V ibn Abd. Al-Majid
1909-1918 M
37.   
Muhammad VI ibn Abdul al-Majid
1918-1922 M
Selama pemerintahan Turki Usmani dibagi menjadi lima periode sebagai berikut:
a.        Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid I.
b.      Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I. pada periode ini islam mengalami puncak kejayaan.
c.       Periode ketiga (1566-1703), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
d.      Periode keempat (1699-1838), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II. Pada masa ini ditandai dengan adanya perjanjian-perjanjian dengan raja-raja yang tidak menguntungkan pihak Turki.
e.       Periode kelima (1839-1922) periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Usman dapat dengan mudah mendirikan kerajaannya dan berkembang memiliki wilayah yang kuat, yaitu:
a.       Secara geografis wilayah kekuatan Usman itu berdekatan dengan perbatasan  Bizantium, sehingga sering terjadi konfrontasi militer antara kedua kekuatan ini, yaitu kekuatan mukmin Ghazi dan kekuatan Kristen. Konfrontasi ini telah menarik perhatian orang-orang muslim Turki lainnya untuk ikut bergabung melawan perang jihad melawan orang-orang Kristen Bizantium. Sehingga kekuatan yang dimiliki oleh Usman dengan cepat menjadi besar dan kuat karena bantuan kaum muslim lainnya.
b.      Pada saat itu sesungguhnya telah tersedia sarana dan fasilitas pendukung bagi berdirinya sebuah kerajaan yang kokoh dan kuat, misalnya daerah kekuasaan, militer, stabilitasan ekonomi dan politik, serta sudah tertatanya system administrasi.
c.       Pada saat itu Bizantium sedang mengalami instabilitas bidang politik yang membuatnya lemah dan merugikan dirinya sendiri.
d.      Dinasti Saljuk sendiri juga mulai lemah, tidak ada putra mahkota sehingga ini mempercepat usaha Usman untuk mendirikan kerajaan sendiri yang kuat.[6]
2.      Kemajuan Turki Utsmani
Kemajuan Turki Usmani sangat besar sekali jika dilihat dari segi wilayahnya sebab pada masaTurki Usmani terjadi ekspansi baik di timur  maupun di barat. Arkhan berhasil menakhlukkan kota Nicea, Nicomedia dan sekitarnya (Yunani), disusul putra penggantinya, Murad I yang berhasil menakhlukkan andrianopel(1635), Macedonia, Bulgaria, dan Serbia. Khalifah Bayasit I menguasai daerah Hongaria.Muhammad II yang bergelar al-Fatih menakhlukkan Konstantinopel, Maura, Serbia, Albania, sampai ke perbatasan Bundukia.
Sementara ekspansi diwilayah timur dilakukan oleh beberapa khalifah, salah satunya khlifah Salim yang berhasil menkhlukkan Irak, Belgrado, Rudes, Tunis, dan Yaman. Pada masa Turki Usmani meliputi: Asia Kecil, Armenia, Irak, Suriah, Hijaz, dan yaman  untuk wilayah Asia; Mesir, Libya, Tunis, dan Al-jazair untuk wilayah Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Al-bania, Hongaria dan Rumania untuk wilayah Eropa.
Luasnya kekuasaan Turki Usmani berpengaruh pula pada kebudayaannya.Sehingga pada ini corak kebudayannyaadalah plural.Diantara unsure-unsur kebudayaan yang paling menonjol adalah Persia, Bizanitiyum, Persia, dan Arab.Kebudayaan Persia lebih banyak menyumbangkan aspek-aspek etika kehidupan istana.Bizantium tetap dengan cirri khasnya tentang organisasi pemerintahan dan kemiliteran.Ajaran-ajaran tentang ekonomi, sosial, kemasyarakatan, keilmuan, dan kebahasaan menjadi kekhasan dari bangsa Arab.
Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota lainnya dibangun masjid-masjid, sekolah, rumah sakit, gedung-gedung, makam, jembatan Saluran air, Villa, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah kordinator Sinan, seorang arsitek dari Anatolia.[7]
Kekhalifahan Turki Usmani bersifat sosial keagamaan, sehingga segala aspek sangat terikat dengan Syaria’at dan fatwa-fatwa ulama menjadi hokum yang berlaku.Peran Ulama disini sangat penting.Misalnya Mufti sebagi pejabat urusan tertinggi, berwenang member fatwa resmi terhadap problema keadaan yang dihadapi oleh masyarakat.Tanpa legitimasi Mufti, Hukum kekhalifahan tidak bisa berjalan.
Dari sisikeilmuan sebenarnya masih mengalami kemajuan pada masa dinasti Abbasiyah.Kehidupan bermadzhab lebih menonjol sebagai salah satu tanda bahwa merasa puas dengan ilmu yang dibangun pada masa dinasti bani Abbas. Pada masa ini  pula dinasti ini mulai timbul kefanatikan. Misalnya Abd. Alhamid menjunjung madzhab As’ariyah. Untuk mempertahankan madzhab itu, dia memerintahkan Syeikh Husain untuk menulis al-Hasbun al-Hamidiyah (Benteng Pertahanan Abd. Al-Hamid). Disamping itu terjadi penulisan karya-karya berbasis agama islam  namun penulisan tersebut hanya bersifat pengulangan saja terhaadap karya klasik sebelumnya.
3.      Kemunduran Turki Utsmani
Pasca perang dunia I berakhir, pasukan sekutu seolah melakukan pemabagian wilayah-wilayah kekuasaan Turki Usmani. Selanjutnya pihak sekutu melakukan Konferensi untuk menentukan akhir kerajaan Usmani. Konflik kemudian menghasilkan perjanjian Sevres pada tahun 1920 M, dimana sultan yang kekuasaannya ada dibawah kontrol di ibu kota sendiri, dipaksa menandatangani perjanjian itu. Jelas perjajian itu sangat merugikan kerajaan Usmani karena harus mengakui hilangnya kekuasaannya diberbagai wilayah kecuali Anatolia, itu pun sudah tidak utuh lagi.[8]
Perjanjian ini membuat reaksi protes dari pihak rakyat Usmani. Mereka menentang perjanjian Sevres yang merugikan itu. Untuk memadamkan protes-protes tersebut Sultan menugaskan Mustafa Kemal. Namun, Mustafa kemal malah berkhianat dan bergabung dengan kaum pemberontak. Dia malah ikut mendikte dan mencokol kerajaan ini.
Walaupun Mustapa Kemal berkhianat terhadap Sultan, dia dan pasukannya berhasil mengembalikan Izmir dan Trace, wilayah yang diduduki Yunani, dikembalikan kepada Turki Usmani. Berkat usahanya ini. Mustafa mulai tersohor dan posisinya semakin kuat. Popularitas dan posisi ini dimanfaatkan untuk menjatuhkan Sultan Muhammad IV . setelah turun tahta jabatannya digantikan oleh Abdul Majid II. Namun, jabatan ini hanya sebatas pada khalifah agama dan tidak memiki otoritas politik atau pemerintahan.
Selanjutnya Majlis Kebangsaan Turki menetapkan Turki sebagai negara republik dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai presiden.  Majlis juga menetapkan bahwa peran Kalifah hanya sebatas Agama saja. Namun, pada tahun 1924 sistem ini dihapus dan Sultan diusir dari Turki. Pada saat itulah mulai sejarah baru Turki menjadi Turki Sekuler dan tokohnya adalah Mustafa Kemal. Era ini menandai Akhir kekhalifahan Usmani.

B.     Dinasti Syafawi
1.      Sejarah dan Asal-Usul Dinasti Safawi
Safawi adalah salah satu kerajaan islam besar yang berlokasi di Persia (Iran). Nama ini diambil dari nama pemimpin tarekat Safiudin yang kemudian mempelopori berdirinya dinasti ini. Kekhalifahan ini menganut ajaran sekte Syi’ah Itsna-Asy’ariyah (Syiah Dua Belas) yang menjadi Doktrin Islam bagi pemerintahan Iran hingga sekarang.
Kembali pada sejarah dinasti Syafawi berasal dari kelompok Tarekat yang dipimpin oleh Saifuddin  (1252-1332M), di Arbadil, kota Azerbaijan. Tujuan dari tarekat ini adalah memerangi orang-orang yang ingkar dan ahli Bid’ah. Oleh karena itu tidak heran jika kelompok iini bersikap fanatik dan  menentang kelompok-kelompok selain Syiah. Tarekat ini semakin penting karena mngubah dari konsep tasawuf murni lokal kemudian menjadi gerakan keagaan yang sengat besar pengaruhnya di Syiria, Persia, dan Anatolia.
Pada kepemimpinan Imam Junaid (1447-1460 M) gerakan ini lebih tampak visi politiknya, diman selain sebagai gerakan agama  ditegaskan pula sebagai gerakan politik. Sepeninggal Imam Junaid, tarekat dipimpin oleh anknya yang bernama Haidar. Haidar mengawini Putri Uzun Hasan yang melahirkan Ismail. Anak inilah yang kelak berhasil mendirikan kekhalifahan safawi.[9]
Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang  dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur, dekat Nackchivan. Pasukan ini terus memasuki dan menakhlukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu, dan berhasil merebut dan mendudukinya. Disinilah Gerakan Syafawiyah semakin kental sebagai sebuah kekuatan politik baru. Akhirnya pada tahun 1501 M inilah ismail memproklamirkan  dirinya sebagai raja pertama dinasty Safawiyah dan mendirikan kerajaan Syafawiyah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran fungsi tarekat Syafawiyah. Secara  garis besar ada dua faktor penyabab utama, diantaranya:
a.       Faktor Internal. Kaum Syiah terdapat dua aliran yakni aliran Akhbari(Tradisional) dan  Ushuli (Rasional). Peran Ushuli disini sangat mendominasi sehingga pemikiran syiah yang murni lambat laun memudar dan tercampur dengan pemikiran yang sangat rasional.
b.      Faktor eksternal. Faktor ini meliputi aspek kondisi politik (perebutan dinasti Kara Koyunlu dan AK Koyunlu, yang keduanya berasal dari Turki), Aspek Model Pergantian Pemimpin (masih bercorak Dinasti/Monarki), dan fanatisme Pengikut Tarekat (menentang madzhab selain Syiah).
Para pemimpin Dinasty Syafawi ini berjumlah sebelas orang. Dimulai dari Ismail bin Haidar, Tahmasp I, Ismail II, Muhammad Khudabanda, Abbas I, Safi Mirza, Abbas II, Sulaiman, Husain, Tahmasp II, dan Abbas III. Pemerintahan ini tergolong singkat dibanding dengan Turki Usmani yakni dari tahun 1501 M-1736M).
2.      Kemajuan Dinasti Safawi
Kemajuan dinasti dapat dilihat dari berbagai sisi. Misalnya dari sisi Ekspansi wilayah. Ismail berhasil mengawali perluasan wilayah kekuasaanya yang meliputi wilayah Persia dan wilayah subur “Bulan Sabit”. Awal mulanya ia merampas sisa-sisa kekuatan Ak-Koyunlu, kemudian menakhlukkan propinsi Caspia, gurgan dan Zayd, Diyar Bakr, Baghdad, dan wilyah barat daya, diteruskan penakhlukkan ke Khurasan pada tahun 1508 M. Beberapa usaha penakhlukkan berikutnya, dan termasuk usaha para penggantinya: Tahmasp I, Ismail II, dan Muhammad Khudabanda, sehingga usaha perluasan wilayah di  masa ini mengalami hambatan.[10] Akan tetapi masa kegemilangan bangkit kembali pada masa Sultan kelima (Sultan Abbas I 1588-1628 M) berhasil merebut kembali Tibriz, Sirwan. Baghdad, pada tahun  1622 dengan jalan perundingan.
Kemajuan yang dicapai olegh sultan semasa berlangsungnya pemerintahan adalah majunya sektor perdagangan.sejak dikuasainya kepulauan hurmus dan dibukanya Bandar Abbas, maka Safawiyah menjadi pemegang kunci perdagangan internasional saat itu. Ternyata bandar  Abbas merupakan jalur perdagangan laut potensial dan strategi posisisnya mempertemukan antara timur dan barat yang telah diperebutkan oleh Belanda. Iggris, dan perancis.  Sementara itu, utara laut Kaspia, Shafawiyah juga menjalin hubungan Rusia. Demikian  juga jalur daratnya, arus perdagangannya tetap melewati kota-kota penting yang dikuasai Syafawiyah, seperti Marw, dan Baghdad. Maka dapat dikatakan bahwa kerajaan Syafawiyah berada diposisi strategis kedua macam jalur strategis tersebut.[11]
Pada Syah Abbas pusat pemerintahan dipindah dari Qazwin ke Isfahan. Sebagai kota, syah Abbas mempercantik kota dengan memberikan beberapa bangunan yang mendukung seperti Masjid, Rumah Sakit, sekolah, jembatan raksasa diatas Zende Rud dan Istana Chili Shutun. Kota ini juga dilengkapi dengan taman-taman wisata kota. Jumlah bangunan yang didirikan di Isfahan itu mencapai  162 Masjid, 48 akademi, 1802 penginapan, 273 pemandian umum. Adapun diantara karya seni Arsitektur megah yang monumental adalah Masjid Skah Luthf dibangun pada 1611 M.[12]
Perkembangan kain dari Dinasti ini adalah kemajuan Ilmu pengetahuan khususnya Filsafat. Filsuf dan ilmuan yang terkenal pada masa ini adalah Baha’uddin Al-Syairazi, seorang yang ahli dalam bidang ilmu; Sadr al-Din al-Syairazi. Dia juga seorang filosof yang menulis Al-Hikamh al-Muta’liyah; Muhammad Baqir bin Muhammad damad, ahli berbagai ilmu pengetahuan, termasuk peneliti mengenai kehidupan-lebah-lebah.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mendukung majunya Dinasti Syafawi. Hal-hal diatas tidak lepas dari seorang figur yang cakap dalam memimpin, posisi yang stra tegis, kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu dan majunya Dunia Intelektual
3.      Kemunduran Dinasti Safawi
Masa kegemilangan dari Dinasti ini terletak pada masa Syah abbas I. Setelah wafatnya Syafawi mulai mengalami kemunduran secara drastis hingga mengantarkan pada penghabisan. Menurut Prof. Dr. Imam Fu’adi terdapat lima faktor penyebab mundurnya dinasti ini:
a.       Adanya figur pemimpin yang kurang cakap
Seperti yang dijelaskan bahwa pada ini mengalami kejayaan hanya pada masa Syah Abbas. Setelah ditinggalkan, sehingga pada saat terjsdi kegoncangan melanda Syafawi tetapu para pemipin tidak mampu mengatasi dan menghalau dan menyelesaikannya.
b.      Konflik politik yang panjang
Konflik disini mengenai konflik madzhab Syi’ah yang dijadikan sebagai paham resmi negara. Maka timbul kecemburuan sosial  diantara kedua madzhap ini.
c.       Melemahnya kekuatan Militer
Semakin hari kekuatan Syafawiyah mulai melemah. Pada zaman Syah Abbas I membentuk pasukan Ghulam. Lambat laun pasukan ghulam makin melemah karena kurang adanya sikap kurang semangat (give up).
d.      Krisis moral penguasa
Berbica mengenai moral penguasa, moral penguasa dinasti ini dipengaruhi oleh Harem atau wanita piaraan. kehidupan hellenisme menjadi pusat bobrokya moral dinasti ini.
e.       Konflik Keagamaan
Inti dari faktor bagian ini adalah munculnya sikap fanatisme terhadap madzhab.



C.    Dinasti Mughol
1.      Sejarah dan Asal-Usul Dinasti Safawi
Kerajaan Mughal adalah salaah satu kerajaan muslim yang tumbuh dan maju di lingkungan agama hindu. Kerajaan ini berpusat pada ibukota pemerintahan di Delhi. Walaupun usia pemerintahan Dinasti ini tidak selama dengan Turki Usmani, setidaknya dinasti ini bisa menguasai wilayah yang didominasi oleh agama Non-muslim.
Mughal merupakan kekuasaan Islam yang terakhir di India (1526-1858 M). didiriakn babur, seorang keturunan Timur Lenk. Sepeninggal ayahnya, Umar Mirza, ia menggantikannya sebagai penguasa di Farghana. Ia berhasil menakhlukkan Samarkand, kota terpenting di asia Tengah, pada 1494 M, kemudian Kabul tahun 1501 M. Ekspansi terus dilakukan hingga berhasil memasuki wilayah India saat itu dibawah dinasti Lodhi yang sedang mengalami masa krisis. Disana Punjab ditakhlukkan pada 1525 M, selanjutnya ia memasuki kota Delhi, dan kemudian mendirikan kerajaan di kota itu pula pada 1526 M. Kekuatan Hindu sebenarnya menolak kehadiran kekuatan Mughal, tetapi dapat dipatahkan oleh Barbur.[13]
Jumlah Sultan dinasti Mughal adalah 29 orang, mulai sultan Barbur sampai dengan Sirajudin bahadur Syah II. Namun hanya beberapa yang terkenal, diantaranya: Sultan barbur (1526-1530 M), Humayun (1530-1556 M), Akbar (1556-1605 M), Jehangir (1605-1628 M), Syah Jihan (1628-1658 M), dan Auranzep (1658-1707 M).
Secara umum dari pendapat sejarawan dapat dikatakan bahwa dapat dikatakan bahwa Babur adalah dinasti Mughal. Babur adalah seorang Turki Chagatai yang masih memiliki hubungan darah atau keturunan Timur Lenk dan garis ayahnya yang dipisah lima generasi, sedangkan dari garis ibunya, ia mesih keturunan Jengis Khan dari Mongol.[14]
Tahun 1530 merupakan tahun berduka pasalnya tahun tersebut merupakan tahun meninggalnya Sultan Barbur. Tampu kekuasaan sementara kosong, yang kemudia digantikan oleh putranya yang bernama Humayyu (1530-1540 dan 1555 - 1556 M). Humayyun berhasil menguasai wilyah-wilayah yang melepaskan Diri dari kekuasaan Mughal, Seperti Kashmir, Multan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur dan lain-lain.
Khalifah lain yang mampu mengukir sejarah baru adalah Sultan Akhbar Khan. Akhbar Khan mendapat gelar Abdul Fath Jalaludin. Akbar berkuasa menggantikan posisi ayahnya dalam usia muda, yaitu 15 tahun. Berkuasa selama 50 tahun. Dialah yang sukses membesarkan dinasti Mughal ini mencapai puncak kejayaan. Kekuasaan Mughal di India Utara dan tengah Menjadi kuat. Namun demikian, meskipun pintu gerbang yang biasa dilewati oleh penyerbu untuk memasuki India dapat di Akbar, tetapi  tampaknya dinasti Mughal belum kuat untuk mampu menerapkan otoritas penuh atas wilayah Dekkan.[15]
Setelah Sultan Akbar meninggal dunia, tiga khalifah selanjutnya (Jehangir, Syah Jihan, dan Aurenzab) merupakan masa-masa memepertahankan dinasti Mughal. Ketiga sultan ini didikung oleh militer yang sangat kuat. Maka, pemberontakan dapat dikalahkan, sehingga hal ini berdampak pada kehidupan masyarakat yang menjadi damai dan sejahtera. Syah Jihan pernah mengusir seorang pedagang Portugis yang menyalahgunakan kepercayaannya, ia menarik pajak kepada rakyat dan menyebarkan agama Kristen kepada anak-anak. Aurenzab membuat kebijakan berup penghapusan sejumlah pajak, menurunkan harga makanan dan berjuang keras memberantas korupsi.[16] Setelah ketiga khalifah ini, tidak dijumpai khalifah yang mengukir sejarah yang gemilang.



2.      Kemajuan Dinasti Mughol
a.       Bidang Administrasi
Untuk mengatur ketertiban wilayahm pemerintah Mughal membagi menjadi 20 propinsi. Masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang gubernur yang bertanggung jawab pada Sultan. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Persia. Penguasa tertinggi bergelar kemaharajaan Delhi dan diurusi oleh yang namanya Wazir. Pemerintah juga membentuk dewan dewan; a Diwan a Khalisa (dewan pengurus wilayah) a Diwan-I tan (bertugas mengangkat dan menempatkan para aparat pemerintah daerah), the Mir Bahhsi (pengurus militer dan merekrut calon pejabat).
b.      Bidang Ekonomi dan Dunia Intelektual
Masyarakat dinasti ini sangat bergantung pada sektor pertanian dan industri. sistem pertaniannya yaitu petani bertanggung jawab pada hasil panennya kemudian dijadikan penyuplai bahan baku bagi pabrik-pabrik pengolahan. Kerajinan  tenun menjadi pabrik tekstil dizaman Aurnzeb. Khalifah ini berhasil mengekspor tenun, rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium, woll, parfum, dll ke Eropa.

Dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik, halini dibuktikan adanya pembelajaran mengenai ilmu-ilmu “non agama” seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik, dan matematika. Kebijakan ini didukung pula didukung oleh fasilitas-fasilitas seperti dibangungnya sekolah-sekolah tinggi di Lueknow.
c.       Bidang Keagamaan
Dalam bidang keagamaan muncul Mujadid yang bernama Syekh Ahmad Sirhindi, ia mempraktekkan tarekat Naqsabandiyah. Dalam dinasti ini muncul sintensis agama. Akhbar Khan mencoba menciptakan agama sintesa dengan meminjimkan unsure-unsur agama besar didunia seperti Islam, Hindu, dan Kristen. Atas kebijakan/pemikiran  ini khalifah Akhbar dicap sebagai murtad.  

d.      Bidang Karya Seni dan Arsitektur
Dalam kedua bidang ini muncul tokoh yang bernama istana yang terkenal yaitu, Malik Muhammd Jayazi (karya Padmavad), Abu Fadl (Akhbar Namah dan aini Akhbari). Dibidang arsiteksur dan bangunan yang masih terasa hingga saat ini adalah Taj Mahal, Fatfur Sikri, Villa dan Masjid Agung Delhi.

3.      Kemunduran Dinasti Mughal
Dari masa panjang sekitar tiga setebngah abad mughal berkuasa, tetapi masa perkembangan dan kejayaan hanya dapat dipertahankan sekitar satu abad, yaitu samapai masa Aurenzab (1658-1707). Setelah masa Aurenzeb, Mughal mengalami Mughal mengalami kemunduran secara berangsur-angsur dalam waktu sekitar kurang sedikit dari dua setengah abad. Dimasa bahadur Mughal mengalami kejatuhan yaitu ketika Sultan terakhir, bahadur Syah diusir dari Istana.
Banayak faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti ini, diantaranya:
a.       Perebutan kekuasaan antar keluarga.  Hampir semua keturunan Babur umumnya memiliki watak yang keras dan ambisius.
b.      Pemberontakan umat Hindu yang menjadi Mayoritas. Umat Hindu tidak bisa menerima masuknya islam yang didominasi oleh politik disbanding dengan Dakwah.
c.       Kelemahan ekonomi. Kemunduran politik Mughal menguntungkan dari pihak barat. Hal ini disebabkan oleh faktor orang barat yang berambisi untuk menguasai jalur perdagangan di pantai selatan.  Salah satu Negara yang ingin menguasai adalah Inggris. Negara ini memonopoli perdagangan sehingga menimbulkan bentrok dari pihak Masyarakat Mughal. Menyadari hal yang semakin menurun, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Oudh, Bengal, dan Orisa kepada Inggris.
d.      Serangan dari kerajaan luar (Dinasti Syafawi) di Persia dan kemudian serangan dari Afghanistan. Penyebab utama peperangan Syafawi dan Mughal adalah perebutan daerah Kandahar. Namun, wilayah tersebut berhasil dikuasai oleh M. Nadir Syah pada 1622 M. Sedangkan Lahore dapat ditakhlukan oleh Ahmad Syah dari Afghan (1748 M)
Bahadur merupakan khalifah terakhir yang membawa Mughal kepad kehancuran. Mughal Harus berkhir di tangan kaum Inggris yang menduduki India.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Turki Usmani adalah kehalifahan yang dipimpin oleh Artorogrol. Dinasti ini merupakan dizasti Sunni yang terpanjang dan terakhir.  Turki Usmani dipimpin oleh 37 khalifah. Kemajuan yang dicapai adalah luasnya wilayah di asia, Afrika, dan Bizantium. Turki mengalami kemunduran karena faktor utama yakni penghianatan Mustafa Kemal.
Dinasti Syafawi merupakan Dinasti yang dibentuk oleh pemimpin Tarekat yang berubah menjadi fungsi politik . kekhalifahan ini menganut paham dari Sekte Syi’ah Dua Belas. Kemajuan yang menonjol adalah dikuasainya jalur perdagangan oleh dinasti ini. Kemundurannya adalah penerapan pola hidup hedonism.
Dinasti Mughal adalah dinasti yang berada di Delhi. Dinasti ini berbasis Islam. Kemajuan dari dinasti meliputi bebarbagai aspek, baik pendidikan, ekonomi, adsministrasi dll. Sedangkan kemmunduran dinasti ini mengalami puncak ketika Inggris turut campur dalm pemerintahan. Dengan kata lain kekuasaan Dinasti Mughol tidaklah penuh.

B.     Saran
Tiga Dinasti besar ini membawa penngaruh dalam dunia islam walaupun tidak sebesar Abbasiyah. Setidaknya kita bisa berkaca bagaimana menghargai usaha suatu kelompok ataupun pemerintahan.

DAFTAR ISI

Ahmad.Dirasat al-Ma’arif al-Islamiyat, Juz V.Kairo: al-Sya’ab, tt
Boswort.1993.The Islamic Dynasties, terj. Ilyan Hasan.Bandung:Mizan
Fu’adi, Imam.2012:Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Yogyakarta: Teras.
Nurhakim, Moh.2012.Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam. Malang: UMMPress



[1]Moh.Nurhakim,Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm. 146
[2]Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm,165 lihat pula Ahmad,Dirasat al-Ma’arif al-Islamiyat, Juz V (Kairo: al-Sya’ab, tt), hlm. 34
[3]Pecahan dari suku tumin dan Syatami ada yang mengatakan Oghus dan yang mengatakan Ughu.
[4]Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm,166 lihat pula pada Ahmad Syalaby, Mausu’at al-Tharikh, hlm. 644
[5]Ekspansi wilyah direncanakan ke Bizantium sebab daerah tempat tinggal Usman berbatasan dengan Bizantium.
[6]Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm, 171
[7]Moh.Nurhakim,Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm.150
[8]Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm, 208
[9]Moh.Nurhakim,Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm.156
[10]Moh.Nurhakim,Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm.157
[11]Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm, 230
[12]Ibid. Hlm. 232. Lihat pula P.M. Holt, The Cambridge History, hlm. 420
[13] Moh.Nurhakim,Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam, (Malang:UMMPress, 2012) hlm.162
[14] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm, 247
[15] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:Teras, 2012) hlm, 249  lihat pula pada Boswort,The Islamic Dynasties, terj. Ilyan Hasan (Bandung:Mizan,1993), hlm. 236
[16] Moh. Nurhakim,… ,hlm. 163