Sabtu, 26 November 2016

Mengenal Abdullah Yusuf Ali

               Latar Belakang Masalah
Abad ke-21 Masehi tafsir al-Qur’an menurut Abdul Mustaqim menempati masa modern kontemporer. Karya yang bermunculan banyak berbeda dengan karya-karya ulama terdahulu. Nuansa yang disuguhkan lebih ilmiah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berusaha memadukan pemikiran-pemikiran tokoh Timur dan barat. tidak heran jika suatu karya tafsir dinilai salah oleh pemikir islam sendiri.
Salah satu Mufasir kontemporer adalah abdullah yusuf ali, salah satu pengarang tafsir bahasa Inggris yang diakui keindahan bahasanya. Namun, dia mempunyai permasalahan hidup yang sangat Pelik semisal kasus perceraian Istrinya hingga membuatnya trauma. Dari sisi kehidupannyapun dia berpindah-pindah dari Bombay hingga Eropa.
Dari satu paragraf tersebut penyuusun mempunyai dua kesangsian terhadap Abdullah Yusuf Ali. Hal itu ada indikasi ahwa al-Qur’andijadikan sebagai kitab Curhat dariseorang Yusuf ali. Oelh karena itu, kasus sederhana ini mempuat penyusun berminat untuk menggali informasi dan pemikiran Mufasir kontemporeer:  Abdullah Yusuf Ali dan Karyanya.
              Rumusan Masalah
Permasalahan yang telah dijabarkan menimbulkan rumusan masalah sederhna yang harus dijabarkan secara luas, yakni:
1.      Bagaimana Profil Abdullah Yusuf Ali?
2.      Bagaimana Karakteristik Kitab Tafsir The Holy Qur’an Teks and Translation Karya Abdullah Yusuf Ali?
               Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini tidak luput untuk menambah wawasan keilmuan dan secara khusus yakni untuk menjelaskan megenai Profil Abdullah Yusuf Ali dan deskriptif lengkap dari Tafsirnya.       
            Profil Abdullah Yusuf Ali
Yusuf ali lahir pada tanggal 4 april 1872 di Surat, Gujarat India barat. Dia putra kedua dari Allahbuks. Yusuf mnghabiskan masa mudanya untukmemperoleh pendidikan agama dan mampu menghapalal-qur’an. dia pertama kali belajar membaca tulisan al-Quran  ketika berusia antara empat dan lima tahun. [1] Dia terlahir dari kalangan Saudagar Kaya. Ketika remaja, ayahnya mengajari tentang kata-kata yanga berbbahasa Arab . [2]Ia dapat berbicara dalam bahasa Arab maupun Inggris dengan sangat baik. Ia mempelajari beberapa literatur bahasa Inggris dan mengunjungi beberapa negara Eropa sebagai seorang pelajar.[3]
Masa muda Yusuf Ali belajar di Anjuman  e-Islam Bombay, dan melanjutkan  ke Wilson School  (sebuah sekolah menengah di Scodlandia). Ketika berusia 15 tahun, dia mendaftarkan dirinya ke Wilson College yang berafiliasi dengan Universitas Bombay. Disana Ia mendapatkan Prestasi bahkan mendapat nilai terbagus di Bombay, lalu dia mendapatkan gelar BA dari Universitas Bombay pada 1891 sebab dia terbaikk dalam perkuliahan literatur langka Yunani(lecture of ancient Greek literature/ sastra Yunani  Kuno). Berkat prestasinya, dia menerima beasiswa untk meanjutkan studi St. John’s College Cambridge dengan konsentrasi jurusan Hukum. Sekitar bulan september 1891, dia tiba di Inggris dan memulai perjuangan  panjang. dia sangat terttarik untuk membawa literaturnya untuk menjadi anggota Royal Society of Arts dan Royal Society of Literture. Yusuf Ali menggunakan nama Abdullah ibn Khan Bahadur Yusuf Ali ketika mendaftarkan di Cambridge University. Ysusuf Ali menggunakan variasi nama diataranya “Abdullah Khan Bahadur Yusuf Ali” sebuah nama yang berlabelkan nama orang tuanya.  Nama lainnya yakni “Abdullah bin Khan Bahadur Yusuf Ali”, “Abdullah KB Yusuf Ali” and “A.I.K.B. Yusuf Ali”.[4]
Dalam kehidupan berpolitik, Yusuf ali sanagt mementingkan kerajaan. Agama adalah perihal milik pribadi. Oleh karea, tidak terkejut jika dia menikah dengan perempuan inggeris yang bernama Teresa Mary Shalder pada  18 September 1990 di Gereja St. Peter. Teresa berusia. Tujuan pernikahan tersebut yakniuntuk meningkat hubungan antara India dan Inggris. Ini semakin kuat dengan terlahirnya empat anak dari pasangan ini yakni Edris, Asghar Blow, Alban Hyder dan Laila teresa.[5]
Kehidupan  Yusuf Ali sezaman dengan tokoh-tokoh terkemuka  di India berikutnya, yakmi: Muhammad Ali Jinnah, Ameer Ali, Muhammad Iqbal, Muhammmad Ali jauhar,Fazl Husain, Sikandar Hayat Khan, dll.
Kehidupan Yusuf ali ketika di hadapan publik, berbeda  dengan kehidupan pribadinya (Private Life). Dia yang diketahui luwes, prestasinya yang bukan sekedar diwilayah arab semata. Dia segera melewati musim gugur/dingin tahun 1938 setelah terjemahan telah diterbitkan kedua negara yakni UK dan US. Dia membuka Masjid pertama di Canada tepatnya di Edmonton pada Desember 1938 dan diberi nama al-Rashid Mosque. Dia meninggalkan sebuah kesan-kesan yang menarik dengan semua yang datang dalam  hubungan dengan kehidupannya yang gagal total. Istrinya yang pertama terbukti tidak setia dan menikah dengan lelaki lain begitu pula dengan Isri yang kedua, Gertrude Anne Mawbey atau Mauma. Dari pasangan Anne meninggalkan anak laki-laki tunggal. Dia yaitu Rasyid yang jauh dari ayahnya. Abdullah yusuf ali hidup sebatang kara hingga suat haripolisi menemukannya berbaring di depan salah satu rumah Westminteer pada tanggal 09 Desember 1953. Dia tertimpa kecelakaan yang  menyedihkan, bingung, tersesat.  Polisi membawanya ke rumah sakit lokal dan menempatkannya di rumah tua di jalan Dove House, Chelsea. Keesokan harinya  kondisi memburuk. Dia meninggal  di rumah sakit St. Stepen’s hospital 10 Desember 1953. Dia dimakamkan di Bookwood Cemetery. [6]
Menurut Sherif, ada 125 tulisan Abdullah Yusuf Ali yang dipublikasikan di antaranya (Ali,1980:219-229): Imperial and Asiatic Quarterly Review (Januari-April 1906), Life and Labour of the People of India, (London: John Murray, 1907), Anglo Muhammadan Law, Edisi ke-5 (Kalkutta: Thracker & Spink, 1921), Orientalisme Goethe‖, The Contemporary Review. Jil XC (Agustus 1906), Muslim Education Ideals (Lahore: Muslim Outlook, 1923), The Making of India; a Brief History (London: Black, 1923), The Fundamental of Islam (Sufi Quarterly, Jenewa, 1929), Personality of Muhammad (Pamplet Islam Progresif, 1929), Religious Polity of Islam (Pamplet Islam Progresif, 1929). [7]
                 Karakteristik Kitab tafsir “The Holy Qur’an Teks and Translation”
Salah satu karya akbar dari Abdullah Yusuf Ali yakni “The Holy Qur’an, Text, Translation and Commentaries. Edisi pertama tahun 1983  yang diterbitlkan oleh salah satu perusahaan di Amerika serikat Amana Corps.  Beberapa latar belakang penulisan kitab kitab tafsir “The Holy Qur’an, Text, Translation and Commentary, di antaranya yakni[8]:
Pertama,  banyaknya perdebatan yang belum usai selesai karena penerjemahan Non-Muslim dan Anti Muslim. Salah satunya adalah Maracci[9] yang berhasil membuat karya terjemahan al-Qur’an pada tahun 1689 berbahasa latin. Dalam hal ini dia juga menterjemahkan kutipan-kutipan dari berbagai ahli bahasa arab, agar tidak memberikan kesan buruk terhadap Islam di Eropa. Penerjemahan al-Qur’an berbahasa Inggris pertama kali yakni A. Roes. Ada penerjemahan pengarang lain yakni George Sale yang menjadi Maracci sebagai referensi dan berargumen bahwa penafsiran Maracci menganggap bahwa Islam di Eropa sangat luar biasa.
Kedua, Penulisan Tafsir ini untukmembantu masyarakat bahkan sedikit lebih jauh membantu dalam memahami maknanya, atau menghargai keindahannya, atau menangkap keagungan kandungan al-Qur’an.
Ketiga, alasan utama penulisan tafsir ini yakni misi menyatukan budaya barat dan budaya timur. Kecenderungan budaya barat sangat dipengaruhi oleh idealisme. M. A Sherif mengatakan  bahwa proyek ini berfokus pada polarisasi  Timur dan barat. Oleh karena itu, ia mencoba segala upaya untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris yang ia ingin menjadi bahasa motivasi kreatif Islam. Tidak hanya kemauan untuk melayani masyarakat, tetapi juga kemauan untuk membuat umat Islam menjadi warga negara yang baik untuk kerajaan.
Keempat, Penulisan Kitab Tafsir Yusuf ini sebagai pelupur lara dari pernderitaan hidupnya.
 Kitab ini Hanya terjilidkan dalam satu volume tebal. Penyusunannya bermodel takhlili, runtut mulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Qur’an Surah an-Nas. Kitab Tafsir ini berbahasa inggris yang  terdiri dari 1849 halaman termasuk ditambah 17 halaman depan. Halam depan terdiri dari Hardcover, Preface to First Eition, Commentaries on the ur’an, Translation of the Qur’an, Useful Works of reference, Translation of arabic words names, Abbrviation used. Dan Contents. [10] Rujukan yang digunakan dalam mengarang tafsir the holy yakni: Tafsîr al-Thabârî: Ibnu Jarîr al-Thabârî (w. 310 H.), Tafsîr al-Kashshaf: Abû Qâsim Mahmûd al-Zamakhsharî (w. 538 H.), Tafsîr al-Kabîr: Fakhr al-Dîn Muhammad al-Râzî (w. 606 H.) Anwâr al-Tanzîl: Qâdhi al-Qudhât Nash al-Dîn Abû Khayr Abd Allâh bin Umar bin Muhammmad bin Alî al-Baidhawî al-Shâfi`î (w. 685 H.) Tafsir ini juga dikenal dengan Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta`wîl. Tafsîr Ibnu Kathîr: Imâd al-Dîn Abû Fida‘ Ismâ‘îl bin Kathîr al-Dimashq (w. 774 H.), Tafsîr al-Manâr: Muhammad Abduh dan Rashîd Ridâ.[11]
Selain itu ada referensi pendukung lain (Useful Works Of Reference) Pertama, Imam Abu Qasim Husain Raghib’s Mufradat: Kedua, The well known arabic: “Qamus”, Ketiga, sama- : lisanul Arab, Keempat, The concise Arabc Perisan Dictionary, Surah, Kelima J. Penrice’s Dictionary and Glossary of t he Koran. Keenam E. W Lane; English Arabic Lexicon, ketujuh Imam jalaludin as-Suyuti al-Itqan, Kedelapan Noldeke Und Schwally: Geschichte des qorans., Kesembilan, Encyclopedia of islam, Kesepuluh, Encyklopedia Britania, Kesebelas, Hughes’s Dictionary of Islam, keduabelas, Ibnu Hisyam: Sirat-ur-rasul. A fairly detailed life of apostle,ketigabelas, Maulvi Shibli Nu’mani . Siratu-un-nabi (an-Ursu Life of the Apostle), keempat belas, Fath-ur-Rahman an- arabic concordance to the qur’an karya faidh ullah Bik Hasani.[12]
 Melihat sumber-sumber yang digunakan dalam menafsirkan, tafsir ini menggunakan pendekatan Bir  Ra’yi. Tidak diherankan jika dalam kitabnya ditemukan sumber informasi dari agama selain Islam.Yusuf Ali mengutip dari Yahudi (Jewish) dan Christian (Nashrani). Yusup Ali menggunakan injil dapat ditemui terutama dalam relasi kisah yang termaktup dalam buku. Meskipun demikian Yusuf Ali menggunakan informasi tersebut sebatas ilustrasi, tapi itu justru menunjukkan bahwa yusuf ali dibawah kesadarannya hampir setuju dengan sumber-sumber tersebut. Aplikasi dari hal terseut dapat dilihat pada kisah Musa dalam QS. al-Baqarah ayat; 55:
“we had hitherto instance from the Jewish traditional Taurat (for Pentateuch). Now, we have some intansce from Jewish tradisions in The Talmud, or body exposition in the Jewish theological shchools, They are based on the Jewish scriptures, but add many marvellous details and homilies. As the seeing God, we have in Exod. Xxxiii. 20: And he said, “thou cans not see  my face: fore there shall no man see me and live” the punishment for insisting on seeing God was therefore death. But those who rejected faith were forgiven and yet they were ungrateful.”[13] (kita sampai sekarang mempunyai contoh (kisah) Yahudi Tradisional Taurat (perjanjian lama). sekarang, kita mempunyai beberapa contoh dari tradisi yahudi di dalam Talmud, atau penjelasan rinci dalam sekolah teologi Yahudi, mereka berdasarkan pada Injil-injil Yahudi, tetapi menambahkan banyak detail yang mengagumkan  dan homilies). Seperti melihat Tuhan, terdapat di dalam Exod. Xxxiii. 20: dan dia berkata “engkau tidak akan melihat wajahku: untuk disana tidak seorangpun melihat aku dan wujudku” hukuman bagi yang bersikeras melihat Tuhan adalah kematian. tetapi mereka yang tidak percaya telah dimaafkan dan mereka masih belum berterima kasih )
Dari kisah tersebut dapat disimpulkan Yusuf Ali mengutip cerita dari Nashrani, kekurangan penjelasannya yakni bagaimana seorang muslim menanggapi narasi aneh yang dibuatnya. Itu bukan lagi memberikan ilustrasi tetapi mengadopsi. Yusuf ali terlihat ingin memadukan dua sumber yakni al-qur’an dan Taurat.[14]
Model penulisanya hampir mirip dengan beberapa kitab tafsir Indonesia. The Holy karya yusuf ali menuliskan ayat al-Qur’an pada sebelah kanan dan terjemahan pada sebelah kanan yang disekat dengan garis. Dalam menjelaskan atau menjabarkan penafsiran, Yusuf ali menggunakan footnote. 6310 gotnote. C. 279Dalam pembahasannya setiap surah selalu dimulai dengan introduction and summary (perkenalan dan ringkasan), text and note.  Kecuali Surah al-Fatihah. Surah ini hanya terdiri dari Introduction dan text and Note. Misalnya:
“C-42 Introduction to Sura 1 (fatih) First comes that beautiful Sura, the opening Chapter  of seven Verses, Righly called the essence of the book. It teaches us the perfect Prayer. For if we can pray aright, it means that we have some knowladge of god and his attributes, of his relations to us and his creation, which includes ourselves; that we glimse the source from which we come, and the final goal which our spiritual destiny under God’s true judgement: then we offer ourselves to God and seek His light.”[15]
Cuplikakan tersebut merupakan satu bagain dari Intruduction surah yang sebenarnya ada dua bagian. Kurang lebih maknanya yakni Pengantar Sura 1 (fatih) Pertama datang yang indah Sura, Bab pembukaan tujuh Ayat, Benar disebut esensi dari buku. Ini mengajarkan kita Doa sempurna. Karena jika kita dapat berdoa dengan benar, itu berarti bahwa kita memiliki beberapa pengetahuan tentang Tuhan dan atribut-nya, hubungan-Nya kepada kita dan ciptaan-Nya, yang meliputi diri kita sendiri; bahwa kita sekilas sumber dari mana kita datang, dan tujuan akhir yang takdir spiritual kami di bawah penghakiman Allah benar: maka kami menawarkan diri kepada Allah dan mencari cahaya-Nya.” Huruf “C” merupakan “the running Commentary, in rithmic Prose” atau kementar yang berjalan dalam rprosa yang berirama. Huruf ini dimunculkan mulai dari Introduction dan disela-sela pembahasan. Model lain dari lain yang umumnya digunakan dalam Introduction, yakni berupa paparan beberapa paragraf,  seperti dalam pemukaan surah ali Imran.
 “This Sura is cognate to sura II, but the matter is here treated from a different point of view. The references to badr (ramadhan, H. 2) and Uhud (Shawwal, H. 3)” give value to the dates of those passages.”[16] (Sura ini adalah serumpun untuk surah II, namun masalah ini di sini diperlakukan dari sudut pandang yang berbeda. Referensi untuk badr (ramadan, H2) dan Uhud (Syawal, H3) "memberi Nilai untuk tanggal-bagian.)
Terkadang dalam menjelaskan aspek ulumul qur’an Abdullah Yusuf Ali juga terkadang juga menjelaskan aspek Makky wa Madaniy seperti yan tercantum dalam introduction to Surah al-baqarah This is Main an early Medina Sura”[17]. Selain Aspek Asbabun Nuzul mewarnai kitab ini, walaupun tidak pada setiap surah.
وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (121)
Artinya: Remember that morning thou didst leave thy hosehold (early) to post the  faithful at their stations for battle: and god heareth and knoweth all things.[18]( Ingatlah pagi buta itu kamu meninggalkan rumahmu untuk menempatkan orang-orang mu’min pada tempat-tempat mereka untuk berperang: Tuhan Maha Mendengar lagi Mengetahui)
Ayat tersebut merupakan kitipan dari QS. Ali Imran: 121. Yusuf ali dalm footnotenya dijelaskan mengenai kisah perang uhud secara detil, baik tahun hingga jumlah pasukan serta kronoogis peristiwanya.
Kitab Tafsir Yusuf Ali bercorak Adabi Ijtima’i. Dalam penyampaian penyampainnya mencantumkan informasi yang terbaru. Yusuf ali mencoba berbicara dengan bahasa yang digunakan pembaca. Yusuf ali mengatakan “dalam penjelasan atau ilustrasi  penafsiran, kita meggunakan bahasa yang masyarakat gunakan. Dalam penjelasan teks, Yusuf Ali mnemberikan perhatiannya pada Social Context. Dia nenghindari hal-hal yang tidak relevan seperti perdebatan theologi, dan menghindari penjelasan kesusastraan panjang sehingga menggelapkan pesan nilai sosial moral (Sosial-Moral Value).[19]
Karya Agung Abdullah yusuf Ali dalam model dan gaya bahasa sangat berbeda dengan yang lain. sebuah pusi yang amat romantik disajikan dalam commentarnya. Dalam analisis kesusastraan dia mencoba mengexpose makna perkata sebab dia tidak ingin terjebaj dalam makna kata atupun idiom yang kaku. Seperti ketika dia menterjemahkan wajh dalam Q.S al-Baqarah: 112 dan 115.  Kata “wajh” dalam QS. al-Baqarah: 112 bermakna “diri” (self), sedangkan pada ayat 115 berakna  “kehadiran” (the presence). Kata “wajh” yang terdapat dalam berbagai ayat ditafsirkan secara berbeda, terganting pada lafadnya. Yusuf Ali menjelaskan aspek semantik teks, mennceritakan kegunaan makna, sinonim, dan antonim dari setiap kata.[20]  
Hal yang telah tersebutkan merupakan sedikit karakteristik kitab Tafsir Abdullah Yusuf Ali. Apabila deteliti lebih dalam dan menggunakan waktu yang lama akan ditemukan karakter-karakter lain yang belum terungkap.


[1] Maurisa Ziniria,Critique on Abdullah Yusuf Ali’s Methods Op Qur’anic Commentary (A Critical Study of The holy Qur’an, Translation and Commentari, (Skripsi Tidak diterbitkan, IAIN Walisongo, 2010), h. 72
[2] ibid
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_Yusuf_Ali, diakses pada tanggal 20 Maret 2016, pukul 06.00
[4] Maurisa Ziniria, Abdullah Yusuf Ali’s... h. 74
[5] Ibid,. h.75
[6] Ibid,. h. 79
[7] Wawao Gao, Abdullah Yusuf Ali (The Holy Qur’an), Abdullah-yusuf-ali.blogspot.com, diakses pada 31 Maret 2016, pukul 10.00
[8] Maurisa Ziniria, Abdullah Yusuf Ali’s... h.80
[9] Maracci adalah Pengaku iman kepada Paus Innocent Xi, hasil karyanya didedikasikan untuk kaisar Romawi Suci Leopod I dan dia memperkenalkan sebuah pengantar yang disebut “Refutation of the Qur’an” atau “Sangkalan al-Qur’an”
[10]  Lihat bentuk fisik kitab Abdullah yusuf Ali
[11] Abdullah Yusuf Ali, Preface The Holy Qur’an ..... h. X
[12] Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur’an, Text, Translation, and Commentaries, (USA: Amana Corps, 1983) h. XII
[13] Abdullah Yusuf Ali, The Holy... h. 30
[14] Maurisa Ziniria, Abdullah Yusuf Ali’s... h.112
[15] Ibid, h. 13
[16] Abdullah, h. 121
[17] Abdullah, ... h. 15
[18] Abdullah....
[19] Maurisa Ziniria, Abdullah Yusuf Ali’s... h. 114-115
[20] Ibid,. h. 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar