Abad
ke-21 Masehi tafsir al-Qur’an menurut Abdul Mustaqim menempati masa modern
kontemporer. Karya yang bermunculan banyak berbeda dengan karya-karya ulama
terdahulu. Nuansa yang disuguhkan lebih ilmiah. Bahkan tidak sedikit dari
mereka yang berusaha memadukan pemikiran-pemikiran tokoh Timur dan barat. tidak
heran jika suatu karya tafsir dinilai salah oleh pemikir islam sendiri.
Salah
satu Mufasir kontemporer adalah abdullah yusuf ali, salah satu pengarang tafsir
bahasa Inggris yang diakui keindahan bahasanya. Namun, dia mempunyai permasalahan
hidup yang sangat Pelik semisal kasus perceraian Istrinya hingga membuatnya
trauma. Dari sisi kehidupannyapun dia berpindah-pindah dari Bombay hingga
Eropa.
Dari
satu paragraf tersebut penyuusun mempunyai dua kesangsian terhadap Abdullah
Yusuf Ali. Hal itu ada indikasi ahwa al-Qur’andijadikan sebagai kitab Curhat
dariseorang Yusuf ali. Oelh karena itu, kasus sederhana ini mempuat penyusun
berminat untuk menggali informasi dan pemikiran Mufasir kontemporeer: Abdullah Yusuf Ali dan Karyanya.
Profil Abdullah Yusuf
Ali
Yusuf
ali lahir pada tanggal 4 april 1872 di Surat, Gujarat India barat. Dia putra
kedua dari Allahbuks. Yusuf mnghabiskan masa mudanya untukmemperoleh pendidikan
agama dan mampu menghapalal-qur’an. dia pertama kali belajar membaca tulisan
al-Quran ketika berusia antara empat dan
lima tahun. [1] Dia
terlahir dari kalangan Saudagar Kaya. Ketika remaja, ayahnya mengajari tentang
kata-kata yanga berbbahasa Arab . [2]Ia
dapat berbicara dalam bahasa Arab maupun Inggris dengan sangat baik. Ia
mempelajari beberapa literatur bahasa Inggris dan mengunjungi beberapa negara
Eropa sebagai seorang pelajar.[3]
Masa
muda Yusuf Ali belajar di Anjuman
e-Islam Bombay, dan melanjutkan
ke Wilson School (sebuah sekolah
menengah di Scodlandia). Ketika berusia 15 tahun, dia mendaftarkan dirinya ke
Wilson College yang berafiliasi dengan Universitas Bombay. Disana Ia
mendapatkan Prestasi bahkan mendapat nilai terbagus di Bombay, lalu dia
mendapatkan gelar BA dari Universitas Bombay pada 1891 sebab dia terbaikk dalam
perkuliahan literatur langka Yunani(lecture of ancient Greek literature/ sastra
Yunani Kuno). Berkat prestasinya, dia
menerima beasiswa untk meanjutkan studi St. John’s College Cambridge dengan konsentrasi
jurusan Hukum. Sekitar bulan september 1891, dia tiba di Inggris dan memulai
perjuangan panjang. dia sangat terttarik
untuk membawa literaturnya untuk menjadi anggota Royal Society of Arts dan
Royal Society of Literture. Yusuf Ali menggunakan nama Abdullah ibn Khan
Bahadur Yusuf Ali ketika mendaftarkan di Cambridge University. Ysusuf Ali
menggunakan variasi nama diataranya “Abdullah Khan Bahadur Yusuf Ali” sebuah
nama yang berlabelkan nama orang tuanya.
Nama lainnya yakni “Abdullah bin Khan Bahadur Yusuf Ali”, “Abdullah KB
Yusuf Ali” and “A.I.K.B. Yusuf Ali”.[4]
Dalam
kehidupan berpolitik, Yusuf ali sanagt mementingkan kerajaan. Agama adalah
perihal milik pribadi. Oleh karea, tidak terkejut jika dia menikah dengan
perempuan inggeris yang bernama Teresa Mary Shalder pada 18 September 1990 di Gereja St. Peter. Teresa
berusia. Tujuan pernikahan tersebut yakniuntuk meningkat hubungan antara India
dan Inggris. Ini semakin kuat dengan terlahirnya empat anak dari pasangan ini
yakni Edris, Asghar Blow, Alban Hyder dan Laila teresa.[5]
Kehidupan Yusuf Ali sezaman dengan tokoh-tokoh
terkemuka di India berikutnya, yakmi:
Muhammad Ali Jinnah, Ameer Ali, Muhammad Iqbal, Muhammmad Ali jauhar,Fazl
Husain, Sikandar Hayat Khan, dll.
Kehidupan
Yusuf ali ketika di hadapan publik, berbeda
dengan kehidupan pribadinya (Private Life). Dia yang diketahui
luwes, prestasinya yang bukan sekedar diwilayah arab semata. Dia segera
melewati musim gugur/dingin tahun 1938 setelah terjemahan telah diterbitkan
kedua negara yakni UK dan US. Dia membuka Masjid pertama di Canada tepatnya di
Edmonton pada Desember 1938 dan diberi nama al-Rashid Mosque. Dia meninggalkan
sebuah kesan-kesan yang menarik dengan semua yang datang dalam hubungan dengan kehidupannya yang gagal total.
Istrinya yang pertama terbukti tidak setia dan menikah dengan lelaki lain
begitu pula dengan Isri yang kedua, Gertrude Anne Mawbey atau Mauma. Dari
pasangan Anne meninggalkan anak laki-laki tunggal. Dia yaitu Rasyid yang jauh
dari ayahnya. Abdullah yusuf ali hidup sebatang kara hingga suat haripolisi
menemukannya berbaring di depan salah satu rumah Westminteer pada tanggal 09
Desember 1953. Dia tertimpa kecelakaan yang
menyedihkan, bingung, tersesat.
Polisi membawanya ke rumah sakit lokal dan menempatkannya di rumah tua
di jalan Dove House, Chelsea. Keesokan harinya kondisi memburuk. Dia meninggal di rumah sakit St. Stepen’s hospital 10
Desember 1953. Dia dimakamkan di Bookwood Cemetery. [6]
Menurut Sherif, ada 125
tulisan Abdullah
Yusuf Ali yang dipublikasikan di antaranya (Ali,1980:219-229): Imperial
and Asiatic Quarterly Review (Januari-April 1906), Life and Labour of the People of
India, (London: John Murray, 1907), Anglo Muhammadan Law,
Edisi ke-5 (Kalkutta: Thracker & Spink, 1921), Orientalisme Goethe‖, The Contemporary
Review. Jil XC (Agustus 1906), Muslim Education Ideals
(Lahore: Muslim Outlook, 1923), The
Making of India; a Brief History (London: Black, 1923), The Fundamental of Islam (Sufi Quarterly, Jenewa, 1929), Personality of Muhammad
(Pamplet Islam Progresif, 1929), Religious
Polity of Islam (Pamplet Islam Progresif, 1929). [7]
Karakteristik Kitab
tafsir “The Holy Qur’an Teks and Translation”
Salah
satu karya akbar dari Abdullah Yusuf Ali yakni “The Holy Qur’an, Text,
Translation and Commentaries. Edisi pertama tahun 1983 yang diterbitlkan oleh salah satu perusahaan
di Amerika serikat Amana Corps. Beberapa latar belakang penulisan kitab
kitab tafsir “The Holy Qur’an, Text, Translation and Commentary, di
antaranya yakni[8]:
Pertama,
banyaknya perdebatan yang belum usai selesai
karena penerjemahan Non-Muslim dan Anti Muslim. Salah satunya adalah Maracci[9]
yang berhasil membuat karya terjemahan al-Qur’an pada tahun 1689 berbahasa
latin. Dalam hal ini dia juga menterjemahkan kutipan-kutipan dari berbagai ahli
bahasa arab, agar tidak memberikan kesan buruk terhadap Islam di Eropa.
Penerjemahan al-Qur’an berbahasa Inggris pertama kali yakni A. Roes. Ada
penerjemahan pengarang lain yakni George Sale yang menjadi Maracci sebagai
referensi dan berargumen bahwa penafsiran Maracci menganggap bahwa Islam di
Eropa sangat luar biasa.
Kedua,
Penulisan Tafsir ini
untukmembantu masyarakat bahkan sedikit lebih jauh membantu dalam memahami
maknanya, atau menghargai keindahannya, atau menangkap keagungan kandungan
al-Qur’an.
Ketiga,
alasan utama penulisan tafsir ini
yakni misi menyatukan budaya barat dan budaya timur. Kecenderungan budaya barat
sangat dipengaruhi oleh idealisme. M. A Sherif mengatakan bahwa proyek ini berfokus pada polarisasi Timur dan barat. Oleh karena itu, ia mencoba
segala upaya untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris yang ia ingin
menjadi bahasa motivasi kreatif Islam. Tidak hanya kemauan untuk melayani
masyarakat, tetapi juga kemauan untuk membuat umat Islam menjadi warga negara
yang baik untuk kerajaan.
Keempat,
Penulisan Kitab Tafsir Yusuf ini
sebagai pelupur lara dari pernderitaan hidupnya.
Kitab ini Hanya terjilidkan dalam satu volume tebal. Penyusunannya bermodel
takhlili, runtut mulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Qur’an Surah
an-Nas. Kitab Tafsir ini berbahasa inggris yang
terdiri dari 1849 halaman termasuk ditambah 17 halaman depan. Halam
depan terdiri dari Hardcover, Preface to First Eition, Commentaries on the
ur’an, Translation of the Qur’an, Useful Works of reference, Translation of
arabic words names, Abbrviation used. Dan Contents. [10]
Rujukan yang digunakan dalam mengarang tafsir the holy yakni: Tafsîr al-Thabârî: Ibnu Jarîr al-Thabârî (w. 310 H.), Tafsîr al-Kashshaf: Abû Qâsim Mah mûd al-Zamakhsharî (w. 538 H.), Tafsîr al-Kabîr: Fakhr
al-Dîn Muh ammad al-Râzî (w. 606 H.) Anwâr al-Tanzîl: Qâdhi
al-Qudhât Nash al-Dîn Abû Khayr Abd Allâh bin Umar bin Muhammmad bin Alî
al-Baidhawî al-Shâfi`î (w. 685 H.) Tafsir ini juga
dikenal dengan Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta`wîl. Tafsîr Ibnu Kathîr: Imâd al-Dîn Abû Fida‘ Ismâ‘îl bin
Kathîr al-Dimashq (w. 774 H.), Tafsîr al-Manâr: Muhammad Abduh dan Rashîd Ridâ.[11]
Selain itu ada
referensi pendukung lain (Useful Works Of Reference) Pertama,
Imam
Abu Qasim Husain Raghib’s Mufradat: Kedua, The well known arabic: “Qamus”, Ketiga, sama-
: lisanul Arab, Keempat,
The
concise Arabc Perisan Dictionary, Surah, Kelima J. Penrice’s Dictionary
and Glossary of t he Koran. Keenam E.
W Lane; English Arabic Lexicon, ketujuh Imam
jalaludin as-Suyuti al-Itqan, Kedelapan
Noldeke
Und Schwally: Geschichte des qorans., Kesembilan, Encyclopedia
of islam, Kesepuluh, Encyklopedia
Britania, Kesebelas,
Hughes’s
Dictionary of Islam, keduabelas,
Ibnu
Hisyam: Sirat-ur-rasul. A fairly detailed life of apostle,ketigabelas, Maulvi
Shibli Nu’mani . Siratu-un-nabi (an-Ursu Life of the Apostle), keempat belas, Fath-ur-Rahman
an-
arabic concordance to the qur’an karya
faidh ullah Bik Hasani.[12]
Melihat sumber-sumber yang digunakan dalam
menafsirkan, tafsir ini menggunakan pendekatan Bir Ra’yi. Tidak diherankan jika dalam
kitabnya ditemukan sumber informasi dari agama selain Islam.Yusuf Ali mengutip
dari Yahudi (Jewish) dan Christian (Nashrani). Yusup Ali
menggunakan injil dapat ditemui terutama dalam relasi kisah yang termaktup dalam
buku. Meskipun demikian Yusuf Ali menggunakan informasi tersebut sebatas
ilustrasi, tapi itu justru menunjukkan bahwa yusuf ali dibawah kesadarannya
hampir setuju dengan sumber-sumber tersebut. Aplikasi dari hal terseut dapat
dilihat pada kisah Musa dalam QS. al-Baqarah ayat; 55:
“we had hitherto
instance from the Jewish traditional Taurat (for Pentateuch). Now, we
have some intansce from Jewish tradisions in The Talmud, or body exposition in
the Jewish theological shchools, They are based on the Jewish scriptures, but
add many marvellous details and homilies. As the seeing God, we have in Exod.
Xxxiii. 20: And he said, “thou cans not see
my face: fore there shall no man see me and live” the punishment for
insisting on seeing God was therefore death. But those who rejected faith were
forgiven and yet they were ungrateful.”[13]
(kita sampai sekarang mempunyai contoh (kisah) Yahudi Tradisional Taurat (perjanjian
lama). sekarang, kita mempunyai beberapa contoh dari tradisi yahudi di dalam Talmud,
atau penjelasan rinci dalam sekolah teologi Yahudi, mereka berdasarkan pada
Injil-injil Yahudi, tetapi menambahkan banyak detail yang mengagumkan dan homilies). Seperti melihat Tuhan,
terdapat di dalam Exod. Xxxiii. 20: dan dia berkata “engkau tidak akan melihat
wajahku: untuk disana tidak seorangpun melihat aku dan wujudku” hukuman bagi
yang bersikeras melihat Tuhan adalah kematian. tetapi mereka yang tidak percaya
telah dimaafkan dan mereka masih belum berterima kasih )
Dari kisah tersebut dapat disimpulkan Yusuf Ali mengutip
cerita dari Nashrani, kekurangan
penjelasannya yakni bagaimana seorang muslim menanggapi narasi aneh yang
dibuatnya. Itu bukan lagi memberikan ilustrasi tetapi mengadopsi. Yusuf ali
terlihat ingin memadukan dua sumber yakni al-qur’an dan Taurat.[14]
Model penulisanya hampir mirip dengan beberapa kitab
tafsir Indonesia. The Holy karya yusuf ali menuliskan ayat al-Qur’an pada
sebelah kanan dan terjemahan pada sebelah kanan yang disekat dengan garis.
Dalam menjelaskan atau menjabarkan penafsiran, Yusuf ali menggunakan footnote.
6310 gotnote. C. 279Dalam pembahasannya setiap surah selalu dimulai dengan
introduction and summary (perkenalan dan ringkasan), text and note. Kecuali Surah al-Fatihah. Surah ini hanya
terdiri dari Introduction dan text and Note. Misalnya:
“C-42 Introduction to Sura 1 (fatih) First comes that beautiful
Sura, the opening Chapter of seven
Verses, Righly called the essence of the book. It teaches us the perfect
Prayer. For if we can pray aright, it means that we have some knowladge of god
and his attributes, of his relations to us and his creation, which includes
ourselves; that we glimse the source from which we come, and the final goal
which our spiritual destiny under God’s true judgement: then we offer ourselves
to God and seek His light.”[15]
Cuplikakan tersebut merupakan satu bagain dari Intruduction surah yang
sebenarnya ada dua bagian. Kurang lebih maknanya yakni Pengantar
Sura 1 (fatih) Pertama datang yang indah Sura, Bab pembukaan tujuh Ayat,
Benar disebut esensi dari buku. Ini mengajarkan kita Doa sempurna. Karena jika
kita dapat berdoa dengan benar, itu berarti bahwa kita memiliki beberapa
pengetahuan tentang Tuhan dan atribut-nya, hubungan-Nya kepada kita dan
ciptaan-Nya, yang meliputi diri kita sendiri; bahwa kita sekilas sumber dari
mana kita datang, dan tujuan akhir yang takdir spiritual kami di bawah
penghakiman Allah benar: maka kami menawarkan diri kepada Allah dan mencari
cahaya-Nya.” Huruf “C” merupakan
“the running Commentary, in rithmic Prose” atau kementar yang berjalan
dalam rprosa yang berirama. Huruf ini dimunculkan mulai dari Introduction dan
disela-sela pembahasan. Model lain dari lain yang umumnya digunakan dalam Introduction,
yakni berupa paparan beberapa paragraf,
seperti dalam pemukaan surah ali Imran.
“This Sura is cognate to sura II,
but the matter is here treated from a different point of view. The references
to badr (ramadhan, H. 2) and Uhud (Shawwal, H. 3)” give value to the dates of
those passages.”[16] (Sura ini adalah
serumpun untuk surah II, namun masalah ini di sini diperlakukan dari sudut
pandang yang berbeda. Referensi untuk badr (ramadan, H2) dan Uhud (Syawal, H3)
"memberi Nilai untuk tanggal-bagian.)
Terkadang dalam
menjelaskan aspek ulumul qur’an Abdullah Yusuf Ali juga terkadang juga
menjelaskan aspek Makky wa Madaniy seperti yan tercantum dalam introduction
to Surah al-baqarah “This is Main an early Medina Sura”[17].
Selain Aspek Asbabun Nuzul mewarnai kitab ini, walaupun tidak pada setiap
surah.
وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ
لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (121)
Artinya: Remember that morning thou didst leave
thy hosehold (early) to post the
faithful at their stations for battle: and god heareth and knoweth all
things.[18](
Ingatlah pagi buta itu kamu meninggalkan rumahmu untuk menempatkan orang-orang
mu’min pada tempat-tempat mereka untuk berperang: Tuhan Maha Mendengar lagi
Mengetahui)
Ayat
tersebut merupakan kitipan dari QS. Ali Imran: 121. Yusuf ali dalm footnotenya
dijelaskan mengenai kisah perang uhud secara detil, baik tahun hingga jumlah
pasukan serta kronoogis peristiwanya.
Kitab
Tafsir Yusuf Ali bercorak Adabi Ijtima’i. Dalam penyampaian
penyampainnya mencantumkan informasi yang terbaru. Yusuf ali mencoba berbicara
dengan bahasa yang digunakan pembaca. Yusuf ali mengatakan “dalam penjelasan
atau ilustrasi penafsiran, kita meggunakan
bahasa yang masyarakat gunakan. Dalam penjelasan teks, Yusuf Ali mnemberikan
perhatiannya pada Social Context. Dia nenghindari hal-hal yang tidak
relevan seperti perdebatan theologi, dan menghindari penjelasan kesusastraan
panjang sehingga menggelapkan pesan nilai sosial moral (Sosial-Moral Value).[19]
Karya
Agung Abdullah yusuf Ali dalam model dan gaya bahasa sangat berbeda dengan yang
lain. sebuah pusi yang amat romantik disajikan dalam commentarnya. Dalam
analisis kesusastraan dia mencoba mengexpose makna perkata sebab dia tidak
ingin terjebaj dalam makna kata atupun idiom yang kaku. Seperti ketika dia
menterjemahkan wajh dalam Q.S al-Baqarah: 112 dan 115. Kata “wajh” dalam QS. al-Baqarah: 112
bermakna “diri” (self), sedangkan pada ayat 115 berakna “kehadiran” (the presence). Kata “wajh”
yang terdapat dalam berbagai ayat ditafsirkan secara berbeda, terganting
pada lafadnya. Yusuf Ali menjelaskan aspek semantik teks, mennceritakan
kegunaan makna, sinonim, dan antonim dari setiap kata.[20]
Hal
yang telah tersebutkan merupakan sedikit karakteristik kitab Tafsir Abdullah
Yusuf Ali. Apabila deteliti lebih dalam dan menggunakan waktu yang lama akan
ditemukan karakter-karakter lain yang belum terungkap.
C. Tafsir “The Holy
Qur’an Teks, Translation,and Commentaries”
1.
Translation. penerjemahan, yusuf ali memerikan footnote yang sekirnya memutuhkan
penjelasan lebih
2.
Commentary, Yusuf Ali tidak menjelaskan ayat secara detail, hanya menganalisa
ayat yang membutuhkan penjelasan tamnbahan didalam footnote.
3.
Texs, Yusuf
Ali menulis teks al-Qur’an mengacu pada Mushaf yang diakui.
Secara
teoritis telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. berikut penyusun pepaparkan
mengenai penafsiran Abdullah Yusuf Ali terhadap QS. al-Fatihah:
Fatiha, or the opening chapter.1
|
الفاتحة
|
1.
In the name of god, most Gracius most merciful2
2.
Praise be to god the Cherisher and sustainer 3 of the worlds
3.
Most gracious, most merciful
4.
Master of the day and judgement
5.
Thee do we worship.4 And Thine aid we seek.
6.
Halaman 15 s.1.6-7) Show 5us the straigh way,
7.
The way of those on whom Thou hast bestowed Thy
Grace, those whose (portion) is not wrath, 6, and wo go not astray.7
|
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1)
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2)
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3)
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
|
[1] Maurisa
Ziniria,Critique on Abdullah Yusuf Ali’s Methods Op Qur’anic Commentary (A
Critical Study of The holy Qur’an, Translation and Commentari, (Skripsi
Tidak diterbitkan, IAIN Walisongo, 2010), h. 72
[3]
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_Yusuf_Ali, diakses pada tanggal 20 Maret
2016, pukul 06.00
[7] Wawao Gao, Abdullah Yusuf Ali (The Holy Qur’an), Abdullah-yusuf-ali.blogspot.com,
diakses pada 31 Maret 2016, pukul 10.00
[9] Maracci
adalah Pengaku iman kepada Paus Innocent Xi, hasil karyanya didedikasikan untuk
kaisar Romawi Suci Leopod I dan dia memperkenalkan sebuah pengantar yang
disebut “Refutation of the Qur’an” atau “Sangkalan al-Qur’an”
[12] Abdullah
Yusuf Ali, The Holy Qur’an, Text, Translation, and Commentaries, (USA:
Amana Corps, 1983) h. XII